Kamis 10 Aug 2023 18:28 WIB

Ikut Gerakan Imam Jadi Penentu Sah dan Mengalirnya Pahala Sholat? Ini Kata Imam Syafii

Makmum harus mengikuti gerakan imam dalam sholat jamaah

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Sholat jamaah. Makmum harus mengikuti gerakan imam dalam sholat jamaah
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Sholat jamaah. Makmum harus mengikuti gerakan imam dalam sholat jamaah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sholat berjamaah memiliki keutamaan tersendiri dibandingkan sholat sendirian. Apa pahalanya dan kapan pahalanya diberikan?  

Dalam sholat berjamaah, diwajibkan bagi makmum sholat untuk mengikuti imam. Dalam niat sholat, makmum harus meniatkan jamaah atau mengikuti imam. 

Baca Juga

Imam Syafii dalam kitab Al Umm menjelaskan, yang dimaksud dengan sholat berjamaah menurut Imam Syafii adalah ketika beberapa orang yang melaksanakan sholat dipimpin imam. 

Ketika salah seorang dari sekumpulan orang memimpin sholat mereka, maka itulah yang disebut dengan berjamaah. Keutamaan sholat berjamaah sebagaimana terekam dalam hadits: 

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً Yang artinya,  “Sholat berjamaah lebih utama 27 derajat daripada sholat sendirian.” Hadits ini derajatnya sahih dan diriwayatkan dengan jalur sanad yang terpercaya oleh Imam Bukhari. 

Imam Syafii dalam Fikih Manhaji menjelaskan, makmum mendapat pahala berjamaah selagi dia mengikuti imam sebelum mengucapkan salam. Mengikuti takbiratul ihram bersama imam menghasilkan pahala tersendiri dan dapat diperoleh dengan langsung bertakbir setelah imam bertakbir. 

Makmum dianggap mendapat satu rakaat jika ia ikut rukuk bersama imam. Jika ia baru dapat mengikuti setelah rukuk, maka rakaat itu tidak diperolehnya sehingga harus diganti setelah imam mengucapkan salam. 

Di sisi lain, disyaratkan bahwa niat sholat yang disebutkan makmum diucapkan ketika melakukan takbiratul ihram. Jika niat mengikuti imam tidak ada, sedangkan ia terus mengikuti semua gerakan imam, maka shalat makmum menjadi batal. 

Sekalipun untuk mengikuti imam, ia harus menunggu lama sekali. Atau mengikuti imam berlangsung begitu saja tanpa disengaja atau menunggu imam dilakukan hanya sebentar, sholatnya tidak batal. 

Sementara itu, imam tidak wajib untuk berniat menjadi imam. Imam hanya disunahkan untuk melakukan itu agar ia turut mencicipi pahala berjamaah. 

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

Apabila imam tidak berniat sholat berjamaah, maka pahala jamaah tak akan ia dapatkan karena seseorang hanya dinilai dari apa yang ia niatkan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut: 

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang dia tuju.” (HR Bukhari dan Muslim)   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement