REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pembangunan yang dicanangkan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum mulai tampak hasil. Ada beberapa kunci keberhasilan Ridwan Kamil dalam membangun Jabar.
"Selain inovasi, kolaborasi dan keberlanjutan kerap ditanamkan Ridwan Kamil kepada para jajarannya," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar, Iendra Sofyan, saat Diskusi bertajuk "5 Tahun Jabar Juara: Terasa dan Nyata" di The Papandayan, Kota Bandung, Kamis (10/8/2023).
"Beliau selalu memperhatikan sejarah. Apa yang dibangun adalah keberlanjutan dari sebelumnya," ujar dia lagi.
Menurut Iendera, 5 tahun Jabar Juara bukan hanya peran dari Ridwan Kamil, saja. Tapi karena inovasi yang diciptakan kerap melibatkan keberlanjutan program apa yang sudah dicanangkan pendahulunya.
"Dari sisi pembangunan, kita terus mengawal. Acuan kita adalah RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) 2005-2025," katanya.
Oleh karena itu, kata Iendra, di awal pemerintahannya, pria yang akrab disapa Emil ini membentuk Tim Optimalisasi dan Sinkronisasi (TOS). Tugasnya yaitu menerjemahkan Visi Misi 2018-2023 yaitu Terwujudnya Jabar Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Jabar mencapai 49 juta pada 2022. Puluhan juta penduduk tersebut tersebar di 18 kabupaten dan 9 kota.
"27 kota/kabupaten ini menjadi PR beliau. Salah satunya terkait Dana Transfer, sebab pemerintah melihatnya jumlah kota/kabupaten bukan jumlah penduduk," katanya.
"Itu harusnya (dana transfer) kita lebih banyak, kalau jumlah penduduk patokannya," imbuhnya.
Di masa kepemimpinannya, kata Iendra, Emil berusaha untuk menambah Daerah Otonomi Baru (DOB) di Jabar. Hasilnya sudah ada 9 DOB yang tinggal menunggu keran moratorium dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi)
"Mudah-mudahan bertambah terus sampai 37 (kabupaten/kota)" katanya.
Kemudian, dari sisi laju pertumbuhan penduduk, indeksnya terus menurun sejak 2005 hingga 2022. Pada 2005, laju pertumbuhannya mencapai 2,10. Sedangkan pada 2022 hanya menyisakan 1,33.
"Artinya suatu progres ini terkendali, meskipun tanpa KB. Bonus demografi ini menjadi PR kita ke depan," katanya.
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi (LPE)Jabar pun sempat mengalami pasang surut tepatnya saat pandemi melanda Tanah Air. Pada 2020, LPE Jabar sempat -2,52.
Namun, itu hanya berlaku sementara. Emil sudah mengembalikan kurva negatif tersebut pada 2021, yang LPE-nya menjadi 3,74. Setahun berselang kembali on the track di angka 5,45.
"Jabar bisa mengendalikan pada saat Covid-19, bukan berarti zaman Kang Ridwan Kamil tidak berhasil, ini berlaku di seluruh daerah, bahkan dunia," paparnya.
Sementara itu, Akademisi Kebijakan Pembangunan, Ari Nurman menyoroti Jabar dari sisi IPM. Jika dibandingkan dengan DKI Jakarta dan Jawa Tengah pada 2017, Jabar cukup tertinggal jauh.
Walaupun anggaran Jabar mencapai ratusan triliun, kata dia, ada puluhan juta penduduk yang harus diurus. Sedangkan DKI Jakarta dan Yogyakarta, jumlah penduduknya tidak lebih banyak dari Jabar.
Namun hal itu tercermin setelah 5 tahun berjalan. Progres IPM Jabar dibanding DKI Jakarta dan Jawa Tengah jauh lebih cepat.
"Kalau sisi ngebut, kita yang paling ngebut. Dari efisiensi anggaran, Jabar yang paling tinggi," katanya.