REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampung halaman punya arti yang sangat penting bagi penyanyi Rossa. Solois perempuan yang berasal dari Sumedang, Jawa Barat, itu menganggap kampung halamannya sebagai titik awal karier, sumber inspirasi, juga motivasi untuk terus berkarya.
"Pertama kali nyanyi 'Nada-Nada Cinta', tahun 1998, orang banyak nanya, 'Rossa dari mana?'. Aku jawab Sumedang, dan rasanya bangga banget. Dari tampil di panggung-panggung kecil di sana, dan sekarang jadi penyanyi di panggung-panggung besar," kata Rossa.
Perjalanan karier bermusik yang dirintis Rossa memang tidak lepas dari daerah asalnya. Apalagi, Rossa menyebut momen awal yang membuatnya terinspirasi berkecimpung di dunia musik adalah melihat ibunya, Eni Kusmiani, seorang penyanyi tradisional Sunda, yang sering berpentas.
Itu mendorong Rossa kerap tampil sejak usia sangat belia. Pada 1988, tepatnya saat masih berusia 10 tahun, Rossa merilis album anak-anak pertamanya yang bertajuk Gadis Ingusan, disusul album kedua pada 1990. Namun, nama Rossa baru melejit sebagai penyanyi setelah album Nada-Nada Cinta rilis pada 1996.
Rossa menyampaikan kisahnya soal kampung halaman saat menjadi bintang tamu di acara "Ngobrol Asik Sore-Sore (Ngaso)" bareng Spotify di "Kampoeng Spotify", Silk Bistro, Jakarta, Kamis (10/8/2023). Dia juga membahas tentang perlunya musisi berinisiatif menjangkau audiens.
Pelantun lagu "Hati yang Kau Sakiti" tersebut mengalami berbagai era industri musik, mulai masa analog hingga digital. Rossa mengakui kehadiran platform streaming seperti Spotify menjadi medium efektif untuk menjangkau pendengar lintas generasi.
Buktinya, lagu-lagu Rossa yang sudah lama dirilis terus bisa dinikmati. Dia terkadang takjub karena muda-mudi usia 20-an hingga pelajar SMA mengenal dan hafal dengan lagu-lagunya. Perempuan 44 tahun yang baru saja merilis album bertajuk Another Journey: The Beginning itu merasa kanal musik digital bisa mendekatkan karya dengan penggemar.