Jumat 11 Aug 2023 00:18 WIB

Andai Putin Setop Ekspor Bahan Nuklir, PLTN di 30 Negara Mati

Rosatom berada di urutan ketiga dalam produksi uranium.

Red: Ferry kisihandi
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat meninggalkan sesi pleno Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Rusia, Jumat, 16 Juni 2023.
Foto: Ramil Sitdikov/Photo host Agency RIA Novosti
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat meninggalkan sesi pleno Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Rusia, Jumat, 16 Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) dan sekutunya negara-negara Eropa mengimpor senyawa dan bahan bakar nuklir dalam jumlah besar dari Rusia. Dari bisnis ini Moskow meraup miliaran dolar AS, menambah tinggi pendapatan mereka. 

Ketergantungan pada produk nuklir Rusia, yang sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar reaktor sipil, membuat AS dan sekutunya berpotensi mengalami kelangkaan jika Presiden Rusia Vladimir Putin memangkas atau bahkan menghentikan ekspor. 

Baca Juga

Tantangan kian besar seiring tuntutan negara-negara tersebut meningkatkan listrik nol emisi untuk memerangi perubahan iklim. Rusia menjual produk nuklirnya dengan nilai sekitar 1,7 miliar dolar AS kepada perusahaan di AS dan Eropa. 

Tahun lalu, Rusia memasok industri nuklir AS dengan 12 persen uranium, ini merujuk data US Energy Information Administration. Sedangkan Eropa melaporkan, mereka mendapatkan sekitar 17 persen pasokan Uranium dari Rusia pada 2022. 

Ketergantungan pada tenaga nuklir diprediksi terus naik karena banyak negara kini ingin mencari alternatif bahan bakar fosil. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tak menghasilkan emisi meski para ahli mengingatkan soal risiko rusaknya reaktor dan sampah radiokatif.

Di seluruh dunia, saat ini terdapat sekitar 60 reaktor dalam proses pembangunan, 300 lainnya dalam tahap perencanaan. Sebanyak 30 negara yang menghasilkan energi nuklir dari 440 PLTN mengimpor material radio aktif dari Rosatom, perusahaan negara milik Rusia. 

Rosatom dikenal di dunia dengan kemampuannya dalam pengayaan uranium dan produk turunannya. Berdasarkan laporan tahunan mereka pada 2022, Rosatom berada di urutan ketiga dalam produksi uranium dan fabrikasi bahan bakar. 

Rosatom, yang menyatakan dalam proses pembangunan 33 reaktor baru unit lainnya di 10 negara, selama tahun lalu mengekspor material dan barang-barang terkait energi nuklir dengan nilai yang mencapai 2,2 miliar dolar AS. 

AS dan negara-negara Eropa akan sulit memangkas....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement