Jumat 11 Aug 2023 09:31 WIB

AS dan Eropa tak Bisa Lepas dari Pasokan Uranium Rusia 

Pemerintahan Presiden Joe Biden mencoba menghidupkan kembali tambang uranium.

Reaktor Nuklir Nebraska, Amerika Serikat
Foto: Reuters
Reaktor Nuklir Nebraska, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Rusia menguasai pasokan uranium dalam jumlah besar ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Tahun lalu, Rusia memasok industri nuklir AS dengan 12 persen uranium, ini merujuk data US Energy Information Administration. 

Sedangkan Eropa melaporkan, mereka mendapatkan sekitar 17 persen pasokan uranium dari Rusia pada 2022. 

Baca Juga

Maka itu, ketergantungan pada produk nuklir Rusia, yang sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar reaktor sipil, membuat AS dan sekutunya berpotensi mengalami kelangkaan jika Presiden Rusia Vladimir Putin memangkas atau bahkan menghentikan ekspor.

Pemerintahan Presiden Joe Biden mencoba menghidupkan kembali tambang uranium dan produksi bahan bakar nuklir. Parlemen AS juga mengajukan legislasi untuk mempercepat proses itu. Namun, hal bertentangan juga dilakukan Biden. 

Pekan ini, Biden mengumumkan pembentukan monument nasional untuk melestarikan lahan di sekitar Grand Canyon National Park, yang akan mencegah adanya penambangan uranium baru di sekitar wilayah tersebut. 

Anggota parlemen AS mendorong dikurangi atau dihentikannya impor uranium dari Rusia karena dianggap membiayai musuh bebuyutan AS dalam membuat senjata nuklir.’’Ini krusial kita menyetop mendanai monopoli nuklir oleh Rosatom,’’ kata anggota Senat, John Barrasso.

Beberapa negara Eropa berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pasokan uranium Rusia. Awal invasi Rusia ke Ukraina, Swedia menolak membeli bahan bakar nuklir dari Rusia. Finladia yang dua dari lima reaktornya bergantung pasokan Rusia, juga melepaskan diri dari Rusia. 

Mereka membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) baru. Perusahaan negara, Fortum melakukan kesepakatan dengan Westinghouse Electric Company asal AS untuk memasok bahan bakar dua reaktornya itu. 

Di seluruh dunia, saat ini terdapat sekitar 60 reaktor dalam proses pembangunan, 300 lainnya dalam tahap perencanaan. Sebanyak 30 negara yang menghasilkan energi nuklir dari 440 PLTN mengimpor material radio aktif dari Rosatom, perusahaan negara milik Rusia. 

Rosatom dikenal di dunia dengan kemampuannya dalam pengayaan uranium dan produk turunannya. Berdasarkan laporan tahunan mereka pada 2022, Rosatom berada di urutan ketiga dalam produksi uranium dan fabrikasi bahan bakar. 

Rosatom, yang menyatakan dalam proses pembangunan 33 reaktor baru unit lainnya di 10 negara, selama tahun lalu mengekspor material dan barang-barang terkait energi nuklir dengan nilai yang mencapai 2,2 miliar dolar AS. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement