REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Selandia Baru menyadari aktivitas intelijen yang berkaitan dengan Cina di dalam negara itu dan di kawasan Pasifik. Kedutaan Besar Cina di Selandia Baru belum menanggapi permintaan komentar.
"Ini masalah intelijen yang rumit bagi Selandia Baru," kata Badan Intelijen Keamanan Selandia Baru dalam laporan tahunannya, Kamis (10/8/2023).
Tuduhan ini merupakan tuduhan terbaru Selandia Baru yang semakin khawatir dengan perilaku agresif Cina di kawasan dan dampaknya. Selandia Baru merupakan anggota aliansi keamanan dan intelijen Five Eyes yang terdiri dari Selandia Baru, Australia, Inggris, Kanada dan Amerika Serikat.
Selandia Baru memiliki sejarah untuk mengambil sikap lebih damai terhadap Cina yang merupakan mitra dagang terbesarnya dibandingkan negara-negara Five Eyes lainnya. Namun beberapa tahun terakhir Wellington semakin khawatir dengan langkah Cina di Pasifik.
Dalam laporan yang berjudul "Lingkungan Ancaman Keamanan Selandia Baru 2023" pertama kali dibuka untuk publik untuk memberi pemahaman yang lebih baik pada masyarakat Selandia Baru mengenai resiko yang dihadapi negara. Laporan ini diluncurkan dua bulan sebelum pemilihan umum di mana kebijakan luar negeri turut menjadi sorotan pemilih.
Laporan ini juga mengungkapkan aktivitas "intervensi asing' dari Iran dan Rusia. Namun kasus yang paling menonjol adalah intervensi badan intelijen Cina pada komunitas etnis Selandia Baru.
Laporan itu menambahkan saat ini lingkungan keamanan internasional Selandia Baru lebih menantang dan lebih sulit diprediksi.
"Hubungan kami dengan negara-negara Pasifik lain, dan berbagi kepentingan kami pada kawasan yang stabil, damai, makmur dan kuat akan menarik badan intelijen asing," kata laporan itu.
Badan intelijen Selandia Baru menambahkan mereka ingin memberitahu pemerintah asing mengenai kebijakan dan strategi pemerintah Selandia Baru serta mencari cara untuk menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan.
Kedutaan Besar Iran di Selandia Baru belum menanggapi permintaan komentar. Sementara Kedutaan Besar Rusia di Selandia Baru mengkritik "intervensi" Selandia Baru dalam urusan internal Rusia dengan mengkritik penahanan Alexei Navalny.
Dalam pernyataan yang dilampirkan bersama laporan tersebut, Direktur Jenderal Badan Intelijen Selandia Baru Andrew Hampton mengatakan persaingan antara negara semakin akut. Hal ini mendorong beberapa diantaranya mencari keunggulan melalui aktivitas "subversif dan tidak jujur."
Laporan intelijen ini juga mengkategorikan inovasi teknologi, ketidakpastian ekonomi global dan turunnya kepercayaan sosial sebagai ancaman.
"Lingkungan ancaman kami berkembang dalam kecepatan dan tampak yang berbeda, serta lebih rumit, dari yang kami lihat di waktu yang sama tahun lalu," kata laporan itu.