Jumat 11 Aug 2023 14:26 WIB

Pelaku Pembunuhan Kandidat Presiden Ekuador Adalah Warga Kolombia

Polisi sedang memburu dalang di balik pembunuhan tersebut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Seorang kandidat presiden Ekuador, Fernando Villavicencio ditembak hingga tewas pada Rabu (9/8/2023) ketika sedang kampanye di ibu kota.
Foto: AP
Seorang kandidat presiden Ekuador, Fernando Villavicencio ditembak hingga tewas pada Rabu (9/8/2023) ketika sedang kampanye di ibu kota.

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Polisi pada Kamis (10/8/2023) mengatakan, pelaku pembunuhan kandidat presiden Ekuador, Fernando Villavicencio adalah warga Kolombia. Polisi sedang memburu dalang di balik pembunuhan tersebut.

Penembakan fatal pada Rabu (9/8/2023) malam terjadi dua minggu sebelum pemilihan. Insiden ini telah mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negara Amerika Selatan dan menyebabkan beberapa kandidat presiden lainnya menangguhkan kampanye. Satu pelaku penembakan tewas ditembak polisi. Sementara enam lainnya telah ditangkap. 

Baca Juga

Tersangka yang tewas telah ditangkap atas tuduhan senjata pada Juli. Sementara enam orang yang ditahan adalah anggota kelompok kejahatan terorganisir. Kantor pers polisi mengonfirmasi kewarganegaraan mereka pada Kamis sore.  

"Polisi nasional sekarang memiliki penangkapan pertama dari dugaan pembuat materi dari peristiwa keji ini dan akan menggunakan semua kapasitas operatif dan investigasi untuk menemukan motif kejahatan ini dan penulis intelektualnya," kata Menteri Dalam Negeri Ekuador, Juan Zapata kepada wartawan. 

Villavicencio adalah seorang kritikus vokal terhadap korupsi dan kejahatan terorganisir. Dia tewas ditembak saat meninggalkan acara kampanye pada Rabu di sebuah fasilitas pendidikan di Quito utara. Sembilan orang lainnya termasuk seorang calon legislatif dan dua petugas polisi terluka.

Keterlibatan warga negara Kolombia dalam pembunuhan tersebut mengingatkan pada pembunuhan Presiden Haiti, Jovenel Moise pada 2021. Moise dibunuh di rumahnya oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Haiti-Amerika.

 Presiden Ekuador, Guillermo Lasso mengatakan, kejahatan itu merupakan upaya untuk menyabotase pemilihan umum. Pemungutan suara akan berjalan sesuai rencana pada 20 Agustus, meskipun di tengah keadaan darurat nasional.

Lasso menyatakan masa berkabung selama tiga hari. Lasso telah meminta bantuan Biro Investigasi Federal AS untuk penyelidikan. Delegasi FBI akan tiba di Ekuador untuk membantu penyelidikan. 

Kekerasan di Ekuador telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kota-kota di sepanjang rute penyelundupan narkoba seperti Guayaquil dan Esmeraldas. Warga setempat mengatakan, mereka hidup dalam ketakutan. Beberapa negara Amerika Latin telah melihat masalah serupa sejak pandemi virus korona.

Sebuah video yang beredar di media sosial dan belum diverifikasi menunjukkan geng bernama Los Lobos, atau The Wolves mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Villavicencio. Los Lobos mengklaim Villavicencio telah menerima jutaan dolar dari untuk kampanye dari geng tersebut, dan mengancam sesama kandidat, Jan Topic.

Polisi maupun kantor kejaksaan tidak menanggapi permintaan komentar tentang keaslian video itu. Video tersebut menampilkan puluhan pria berpakaian hitam dan bertopeng sedang mengangkat senapan berkekuatan tinggi. 

Menurut laporan, Los Lobos memiliki ribuan anggota, dan aktif dalam sistem kekerasan di penjara negara itu. Partai Villavicencio, Movimiento Construye, menepis tuduhan geng tersebut.

"Mereka yang duduk untuk bernegosiasi dengan mafioso, mereka yang menghasilkan kampanye ketakutan dengan video tipuan atas nama organisasi kriminal dan yang mengatasnamakan Fernando Villavicencio dengan kebohongan, bertanggung jawab atas kejahatan tersebut," ujar Movimiento Construye. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement