Jumat 11 Aug 2023 15:39 WIB

Anjuran Bagi Umat Islam untuk Berpenampilan Sederhana

Seorang Muslim hendaknya memperhatikan kesucian pakaian, kebersihan, dan keindahan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Pedagang baju muslim melayani pembeli di kawasan Pasar Baru, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Rabu (30/3/2022). Berdasarkan keterangan pedagang di pasar tersebut, omzet penjualan kebutuhan bulan Ramadhan sepeti perlengkapan ibadah dan buah kurma meningkat 30 hingga 100 persen dibandingkan dua tahun terakhir yang terdampak pandemi Covid-19. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pedagang baju muslim melayani pembeli di kawasan Pasar Baru, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Rabu (30/3/2022). Berdasarkan keterangan pedagang di pasar tersebut, omzet penjualan kebutuhan bulan Ramadhan sepeti perlengkapan ibadah dan buah kurma meningkat 30 hingga 100 persen dibandingkan dua tahun terakhir yang terdampak pandemi Covid-19. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan umatnya memperhatikan penampilannya. Dalam berpenampilan, seorang Muslim hendaknya memperhatikan kesucian pakaian, kebersihan, dan keindahan.

Sebab Allah SWT menyenangi hambanya yang memperhatikan kebersihan dan keindahan diri.

Baca Juga

Akan tetapi, dalam berpakaian seorang Muslim diajarkan untuk tidak berlebih-lebihan atau untuk menyombongkan diri. Oleh karenanya seorang Muslim diajarkan untuk sederhana dalam berpakaian.

Sebagaimana sabda Nabi SAW, sederhana dalam berpakaian adalah sebagian dari iman.

حَدَّثَنَا النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ ذَكَرَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا عِنْدَهُ الدُّنْيَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تَسْمَعُونَ أَلَا تَسْمَعُونَ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنْ الْإِيمَانِ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنْ الْإِيمَانِ يَعْنِي التَّقَحُّلَ قَالَ أَبُو دَاوُد هُوَ أَبُو أُمَامَةَ بْنُ ثَعْلَبَةَ الْأَنْصَارِيُّ

Telah menceritakan kepada kami [An Nufaili] berkata, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Salamah] dari [Muhammad bin Ishaq] dari [Abdullah bin Abu Umamah] dari [Abdullah bin Ka'b bin Malik] dari [Abu Umamah] ia berkata, "Pada suatu hari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperbincangkan tentang dunia di sisinya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidakkah kalian mendengar? Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman." Maksudnya adalah berpakaian apa adanya dan pantas.", Abu Dawud berkata; "Dia adalah Abu Umamah bin Tsa'labah Al Anshari." (Abu Daud).

Hadits ini tergolong sebagai hadits hasan. Ibnu Abdul Barr di dalam Al Istidzkar 3/202 , ia menjelaskan bahwa maksud hadits tersebut adalah menghilangkan nafsu dalam berpakaian yakni sifat boros atau bermewah-mewah dalam berpakaian, menyombongkan diri dalam berpakaian. 

Sementara itu Abi At Tayyib Muhammad Syams Al Haq al Azim abadi menukil keterangan Al Khattibi yang menjelaskan berpakaian buruk itu mengenakan pakaian yang tidak pantas dan tidak rapi dan sejenisnya. 

Artinya, selama pakaian yang digunakan suci bersih dan indah serta tidak dalam rangka untuk menyombongkan diri atau bermewah-mewahan maka diperbolehkan.

 ‏( عِنْده ) ‏ ‏: أَيْ عِنْد رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏( أَلَا تَسْمَعُونَ أَلَا تَسْمَعُونَ ) ‏ ‏: كَرَّرَهُ لِلتَّأْكِيدِ , وَأَلَا بِالتَّخْفِيفِ أَيْ اِسْمَعُوا ‏ ‏( إِنَّ الْبَذَاذَة ) ‏ ‏: بِفَتْحِ الْمُوَحَّدَة وَذَالَيْنِ مُعْجَمَتَيْنِ.

‏ ‏قَالَ الْخَطَّابِيُّ : الْبَذَاذَة سُوء الْهَيْئَة وَالتَّجَوُّز فِي الثِّيَاب وَنَحْوهَا , يُقَال : رَجُل بَاذّ الْهَيْئَة إِذَا كَانَ رَثّ الْهَيْئَة وَاللِّبَاس ‏ ‏( يَعْنِي التَّقَحُّل ) ‏ ‏: بِقَافٍ وَحَاء مُهْمَلَة تَكَلُّف الْيُبْس وَالْبِلَى وَالْمُتَقَحِّل الرَّجُل الْيَابِس الْجِلْد السَّيْء الْحَال ‏ ‏( قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَهُوَ ) ‏ ‏: أَيْ أَبُو أُمَامَةَ الْمَذْكُور شَيْخ عَبْد اللَّه ‏ ‏( أَبُو أُمَامَةَ بْن ثَعْلَبَة الْأَنْصَارِيّ ) ‏ ‏: وَاسْمه إِيَاس وَهُوَ صَحَابِيّ.

‏ ‏قَالَ الْمُنْذِرِيُّ : وَأَخْرَجَهُ اِبْن مَاجَهْ وَفِي إِسْنَاده مُحَمَّد بْن إِسْحَاق وَقَدْ تَقَدَّمَ الْكَلَام عَلَيْهِ.

‏ ‏وَقَالَ أَبُو عُمَر النَّمِرِيّ : اُخْتُلِفَ فِي إِسْنَاد قَوْله الْبَذَاذَة مِنْ الْإِيمَان اِخْتِلَافًا سَقَطَ مَعَهُ الِاحْتِجَاج بِهِ وَلَا يَصِحّ مِنْ جِهَة الْإِسْنَاد

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement