Jumat 11 Aug 2023 20:38 WIB

BI Rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Rupiah

Nonresiden tercatat beli neto Rp 92,12 triliun di pasar SBN.

Ilustrasi- Logo Bank Indonesia
Foto: Bank Indonesia
Ilustrasi- Logo Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah pada sejak Senin (7/8/2023) hingga hari ini.

Pada akhir hari Kamis (10/8), Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.180 per dolar Amerika Serikat (AS), yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun ke 6,31 persen, indeks dolar (DXY/indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya, mencakup euro, yen Jepang, poundsterling Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss) menguat ke level 102,52, dan yield US Treasury (UST) dengan tenor 10 tahun naik ke level 4,10 persen.

“Pada Jumat pagi (hari ini), Rupiah dibuka pada level Rp15.200 per dolar AS (dan) yield SBN 10 tahun naik ke 6,33 persen,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan pers, Jakarta, Jumat (11/8/2023).

Terkait aliran modal asing, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 10 Agustus 2023 sebesar 78,99 basis points (bps), naik dibandingkan 4 Agustus 2023 yang sebesar 76,76 bps.

“Berdasarkan data transaksi 7-10 Agustus 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp14,59 triliun terdiri dari beli neto Rp1,45 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp16,04 triliun di pasar saham,” ungkap Erwin.

Selama tahun 2023, data setelmen hingga Kamis (10/8), nonresiden beli neto Rp 92,12 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp22,74 triliun di pasar saham.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement