Sabtu 12 Aug 2023 13:25 WIB

Kementerian PUPR: Pola Hunian Disiapkan Hadapi Bonus Demografi

Pemerintah perlu mempertimbangkan konsep KPR rent to own seperti leasing motor.

Rumah Susun Sewa (Rusunawa). Ilustrasi. PUPR menyebut pola penyediaan hunian akan disiapkan menghadapi bonus demografi pada 2045.
Foto: Eva Rianti/Republika
Rumah Susun Sewa (Rusunawa). Ilustrasi. PUPR menyebut pola penyediaan hunian akan disiapkan menghadapi bonus demografi pada 2045.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)  Herry Trisaputra Zuna mengatakan pola penyediaan hunian akan disiapkan menghadapi bonus demografi pada 2045. Bonus demografi merupakan suatu keadaan dengan terjadinya peningkatan penduduk sebuah negara pada usia produktif yaitu berkisar antara 16 hingga 65 tahun yang diperkirakan dialami Indonesia pada 2045.

"Kami fokus, seperti yang disampaikan, mereka (generasi mendatang) pola kerjanya berbeda sehingga harus disiapkan," katanya seusai talkshow dan pembukaan pameran rumah subsidi "Jateng Tapera Expo 2023" di Semarang, Jumat (11/8/2023) malam.

Baca Juga

Herry menjelaskan bahwa pemerintah harus bisa menyediakan hunian dengan fasilitas yang bisa menjawab permasalahan yang dihadapi generasi muda di masa mendatang, termasuk fasilitas pembayaran perumahan.

"Untuk mereka harus disediakan fasilitas yang bisa menjawab permasalahannya. Pertama, mereka kerjanya tidak punya kontrak, tidak ada slip gaji, sehingga harus dibuatkan konsep KPR (kredit pemilikan rumah) yang rent to own," katanya.

Dengan konsep KPR rent to own atau sewa beli, kata dia, memudahkan semua orang untuk memiliki rumah karena semuanya dapat akses untuk skema pembayaran tersebut.

"Kayak leasing motor. Motor aja bisa masak rumah enggak? Jadi, orang akan tinggal, selama tinggal dia akan menyewa. Nyewa kan enggak perlu bank checking. Semua dapat akses ke sana," katanya.

Kemudian, kata dia, generasi mendatang tentu lebih senang tinggal di rumah di kawasan perkotaan menyesuaikan kebutuhan kerja yang solusinya adalah dengan tipe hunian vertikal.

"Tentu mereka lebih senang tinggal di kota ya, rumah vertikal. Transit oriented development sehingga keluar rumah langsung ke stasiun, ke tempat kerja. Jadi, enggak habis waktunya dan lebih produktif," pungkasnya.

Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengakui bahwa potret kebutuhan rumah ke depan akan bergeser seiring pola kerja generasi milenial dan di bawahnya.

"Jadi, dia (generasi mendatang) tidak butuh rumah besar, tapi punya rumah yang sambungan ke sistem IT-nya (teknologi informasi) canggih. Yang dia butuhkan, mobilitas sistem.

Potret kebutuhan rumah akan bergeser. Di beberapa negara maju, mereka enggak butuh beli rumah. Mereka bisa sewa tapi mobilitas harus lancar," katanya.

Untuk Jateng, Sujarwanto mengatakan sudah mulai mempersiapkannya dengan pembangunan perumahan-perumahan vertikal, seperti apartemen di kawasan perkotaan.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement