REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perbudakan ada jauh sebelum kedatangan nabi Muhammad, bahkan termasuk bagian dari sistem sosial kemasyarakatan di dunia saat itu. Seorang budak dianggap sebagai aset dan harta kekayaan sebagian orang.
Seperti dikutip Nabi Islam Muhammad ﷺ oleh Islamic Sciences and Research Academy of Australia (ISRA), Islam datang menghapuskan sistem perbudakan dan memberikan penyemangat untuk penghapusannya dengan memerdekakannya, misalnya sebagai kafarat penghapus dari dosa dan beberapa kesalahan atau sebagai ungkapan rasa taubat karena telah melukai seorang budak tanpa sebab. Hal ini berlangsung terus sehingga hilang sistem perbudakan secara sendirinya secara berangsur-angsur.
Nabi Muhammad banyak menganjurkan memerdekakan budak di jalan Allah. Suatu waktu, nabi Muhammad melihat seorang sahabat bernama Abu Mas'ud Al Badri memukul budaknya dan mencambukinya.
Maka Beliau berkata kepadanya dengan tegas: Ketahuilah Abu Mas'ud, bahwa Allah lebih kuat dan mampu keatasmu daripada kekuatanmu keatas budak ini.
Abu Mas'ud menenangkan diri dan minta maaf sambil berkata: Aku tidak akan memukul seorang budak selamanya, dan akan aku merdekakan dia tebusanku kepada Allah. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Jika engkau tidak memerdekakannya, wajahmu akan menyentuh api neraka.
Di samping itu, islam turut menjanjikan Perlidungan dan Keamanan bagi manusia. Di depan lebih dari 100 ribu kaum muslimin di Haji Wada, nabi Muhammad bersabda:
"Wahai manusia! Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara. Dilarang keras mengambil harta saudaranya, kecuali dengan ijinnya dan hati yang ikhlas. Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah! Janganlah kalian, setelah aku meninggal nanti, kembali kepada kekafiran, dan saling membunuh di antara kalian. Sesungguhnya telah kutinggalkan untuk kalian pedoman yang benar, yang jika kalian mengambilnya sebagai pegangan dan lentera kehidupan kalian, tentu kalian tidak akan sesat, yakni Kitab Alquran dan Sunnahku. Bukankah aku telah menyampaikan? Ya Allah saksikanlah!"