REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan bergadang sebaiknya tidak dilakukan terus-menerus karena dapat menyebabkan konsekuensi tertentu pada tubuh. Terjaga hingga larut malam atau dini hari yang dilakukan dalam jangka panjang bisa berimbas negatif pada kesehatan.
Berbagai kesibukan dan gaya hidup di zaman modern memang kerap membuat seseorang menunda tidur malam tepat waktu. Padahal, cukup tidur sangat penting untuk tetap sehat. National Sleep Foundation menyarankan orang dewasa tidur malam tujuh hingga sembilan jam.
Jika seseorang tidak tidur dalam jendela waktu tidur malam yang ideal, kualitas tidur akan berkurang sehingga masih merasa lelah saat bangun. Kurang tidur juga dapat membahayakan sistem organ sebagai berikut, dikutip dari laman All Things Health, Sabtu (12/8/2023):
1. Jantung
Para peneliti telah menemukan hubungan langsung antara bergadang dan prevalensi penyakit kardiovaskular pada orang dewasa. Karena tekanan darah turun saat tidur, orang yang tidak cukup istirahat malam lebih mungkin menderita hipertensi, faktor risiko gangguan jantung dan strok.
Tidur berkualitas rendah juga ditemukan memicu peradangan dan merangsang aterosklerosis. Itu adalah kondisi di mana plak menumpuk di arteri dan membatasi aliran darah ke jantung dan organ lainnya, dan dapat mengakibatkan kematian.
2. Lever
Studi pada 2017 yang dilakukan oleh Universitas Jenewa di Swiss menemukan bahwa fungsi lever amat tergantung pada siklus tidur dan bangun seseorang. Lever atau hati mempelajari ritme sirkadian tubuh dengan mencatat fase aktif (siang hari) dan fase pasif (malam hari).
Karena itu, begadang akan membingungkan organ hati dan mengganggu fungsinya. Studi lain yang diterbitkan pada tahun 2020 juga menemukan bahwa kurang tidur di malam hari dapat meningkatkan risiko fibrosis hati (salah satu jenis hepatitis atau radang pada hati).
3. Otak
Tidur membantu membersihkan zat beracun seperti protein beta-amiloid. Jika seseorang terus-terusan begadang, zat beracun itu tidak dibersihkan dari tubuh, sehingga bisa mengimbas kerja otak. Protein beta-amiloid banyak ditemukan pada pasien demensia.
Zat itu diketahui memperburuk fungsi kognitif, sehingga kualitas tidur yang rendah dapat memengaruhi kinerja kognitif dan kemampuan untuk bereaksi, memperhatikan, dan mengingat. Sering begadang juga memicu rentan stres, karena sistem saraf simpatik diaktifkan pada malam hari.
4. Usus
Bukti menunjukkan, siklus tidur-bangun dipengaruhi oleh pelepasan sitokin, protein kecil yang mengatur pertumbuhan dan aktivitas sel lain. Akibatnya, kurang tidur dapat mengaktifkan sitokin inflamasi yang ditemukan pada sebagian besar gangguan pencernaan.
Sering begadang bisa memicu penyakit gastroesophageal reflux (GERD), sindrom iritasi usus besar (IBS), dan kanker kolorektal. Selain itu, durasi tidur yang lebih pendek dikaitkan dengan obesitas serta cenderung memiliki perilaku makan yang tidak sehat.
5. Kulit
Kualitas tidur yang buruk dapat bermanifestasi menjadi beberapa masalah yang berhubungan dengan kulit, terutama di sekitar mata dan mulut. Ini mungkin karena kelelahan yang menyebabkan kelopak mata dan sudut mulut terkulai.
Sebuah studi tahun 2015 di Amerika Serikat telah menemukan hubungan antara kualitas tidur kronis yang buruk dan penuaan kulit. Orang yang tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap hari memiliki fungsi penghalang kulit yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidur kurang dari lima jam sehari.
6. Ginjal
Sebuah studi pada 2017 yang dilakukan oleh para peneliti untuk Kangbuk Samsung Health Study di Korea Selatan menemukan orang dengan kualitas tidur yang buruk mengalami peningkatan hiperfiltrasi glomerulus, kondisi yang dikaitkan dengan fase awal penyakit ginjal. Penelitian lain di Journal of American Society of Nephrology juga sampai pada kesimpulan serupa. Temuan itu mengungkapkan bahwa gangguan tidur dapat memicu proteinuria (protein yang berlebihan dalam urine), menyebabkan penyakit ginjal.