REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Ratusan aktivis lingkungan Korea Selatan berkumpul di pusat kota Seoul pada Sabtu (12/8/2023), untuk memprotes rencana Jepang melepaskan limbah air hasil radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, yang hancur akibat tsunami ke laut 2011 lalu.
Harian Asahi Shimbun Jepang melaporkan pada awal pekan ini bahwa Jepang berencana untuk mulai melepaskan air tersebut ke lautan pada akhir Agustus ini.
"Jika dibuang, zat radioaktif yang terkandung di dalam air yang terkontaminasi pada akhirnya akan merusak ekosistem laut," kata Choi Kyoungsook dari Korea Radiation Watch, kelompok aktivis yang mengorganisir protes tersebut.
"Kami menentang... karena kami percaya bahwa laut bukan hanya untuk pemerintah Jepang, tetapi untuk kita semua dan umat manusia," ujarnya.
Ratusan pengunjuk rasa mengangkat papan bertuliskan "Tetap di Daratan" dan "Lindungi Samudra Pasifik!" sambil menyanyikan lagu-lagu demonstrasi dan mendengarkan para pengatur aksi.
Regulator nuklir Jepang bulan ini sudah berencana untuk mulai melepaskan air, yang menurut Jepang dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) aman, namun negara-negara di sekitarnya khawatir akan mencemari makanan.
Presiden AS Joe Biden akan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam sebuah pertemuan trilateral pada tanggal 18 Agustus 2023 mendatang.
"Ada pembicaraan bahwa pembuangan air yang terkontaminasi masuk dalam agenda pertemuan. Pemerintah Korea Selatan, AS, dan Jepang harus melihat hal ini sebagai bencana lingkungan, bukan sebagai isu politik, dan setuju untuk memblokirnya... untuk generasi mendatang," kata Choi.