REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Surat Al Fatihah merupakan salah satu surat yang paling sering dibaca seorang Muslim dalam kesehariannya. Paling tidak, surat ini dibaca 17 kali setiap kali melaksanakan shalat wajib.
Dalam sebuah video di Youtube, cendekiawan Islam Dr Yasir Qadhi menjelaskan sebuah hadits qudsi yang sangat indah tentang surat Al Fatihah. Hadits ini menceritakan tentang percakapan yang dilakukan seorang hamba ketika membaca surat Al Fatihah saat shalat.
"Sholat adalah percakapan pribadi antara seorang hamba dan Tuhan-Nya, antara penyembah dan pemilik Tuhan langit dan bumi," ujar dia, dikutip di About Islam, Ahad (13/8/2023).
Hadits qudsi merupakan hadits yang tertinggi dan paling mulia. Hadits ini merupakan hadits suci, yang posisinya kedua setelah Alquran.
Dari Abu Huraira, perawi hadist paling terkenal, menyebut "Saya mendengar Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa Allah SWT berfirman, 'Aku telah membagi sholat antara aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian yang sama dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta di bagiannya."
"Hal ini mengacu pada surat Al Fatihah, yang mana seolah-oleh surah ini adalah inti dari shalat. Karena hal ini pula, surat Al Fatihah disebut sebagai shalat," ucap Qadhi.
Surat ini disebut mewujudkan segala sesuatu tentang agama Islam. Di dalamnya terdapat ringkasan hubungan antara Allah SWT dan hamba-Nya, yang mana ini menjadi inti dari agama Islam.
Lantas, apa tujuan dari shalat? Ia menyebut tujuan sholat adalah meningatkan diri akan tujuan hidup, yang mana itulah alasan Al Fatihah disebut dengan shalat.
Allah SWT telah berfirman jika Ia membagi shalat ini menjadi dua bagian yang sama besar, antara Sang Pencipta dan hamba-Nya. Sementara, ayat dalam Al Fatihah ada tujuh. Maka, pembagiannya adalah tiga ayat di awal untuk Allah SWT, tiga sisanya untuk hamba-Nya dan satu ayat di tengah atau iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn sebagai penghubung antara keduanya.
Ketika seorang hamba berkata, "al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn," Allah SWT berkata, "Hamba-Ku memuji-Ku." Maka Allah merasa senang bahwa hamba-Nya telah memuji diri-nya.
Selanjutnya, ketika ada hamba-Nya mengatakan, "Ar-rahmanir Rahiim," maka Allah SWT mengatakan, "Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku."
"Perbedaan antara hamd dan thana sangat teknis. Dan thana adalah jenis hamd yang diulang-ulang, jadi thana juga merupakan jenis pujian," ucap Dr Yasir Qadhi.
Kemudian, hamba ini berkata, “Maaliki yaumid diin.” Allah SWT berfirman, “Hamba-Ku mengagungkan atau mengagungkan-Ku.”
Majadah berarti tamjid, dari nama Allah, Al Majid, yang diterjemahkan sebagai 'yang mulia'. Jadi, tamjid Allah artinya meninggikan derajat Allah. Ketika seseorang mengucapkan "Maaliki yaumid diin" maka ini berarti meninggikan status Allah SWT.
Di ayat selanjutnya, ayat yang dibaca adalah "Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in". Setelahnya, Allah SWT mengatakan, "Ini adalah penghubung antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku akan diberikan sesuai apa yang dia minta."
Dr Yasir Qadhi menyebut dalam hal ini terdapat dua pernyataan, yaitu "Iyyaka na'budu" dan "Iyyaka nasta'in". "Iyyaka na'budu" berhubungan dengan tiga ayat pertama, yaitu "... kami menyembahmu, ya Allah, karena Engkau adalah Allah Rabbul Alamiin, Rahman, Rahim, Malik, Yawm al-Diin". Setelahnya atau "Iyyaka nasta'in" berisi permohonan pertolongan dari seorang hamba kepada Allah SWT.
"Babak pertama membahas tentang Allah SWT dan memuliakan Allah, sedangkan babak kedua berurusan dengan apa yang kita inginkan dari Allah," kata dia.
Terakhir, ketika hamba Allah membaca "Ihdinas-Shirathal mustaqiim" dan seterusnya sampai akhir surat, maka Allah SWT berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”
Sumber:
https://aboutislam.net/shariah/quran/quranic-reflections/allah-says-recite-surah-al-fatihah/