REPUBLIKA.CO.ID,BERNALA -- Rasa gembira menyelimuti desa Kutba Bahmania di Barnala, Punjab, India, menyambut 76 tahun kemerdekaan India pada 15 Agustus nanti. Esensi sejati dari kesatuan dalam keragaman bersinar paling terang di lokasi ini.
Dalam suasana desa yang tenteram, suara adzan jumat berkumandang. Di bagian tengah desa, Masjid Nasir yang baru saja dipugar berdiri sebagai masjid pra-pemisahan wilayah.
Sarpanch (kepala desa) dari Kutba Bahmania, Buta Singh, menyaksikan peresmian masjid pertama di desa tersebut, yang mana masjid asli tidak digunakan lagi setelah pemisahan. Masjid ini berdiri berdekatan dengan gurdwara.
Disampaikan pula hanya ada empat keluarga yang tersisa saat ini, ketika banyak populasi Muslim bermigrasi ke Pakistan.
"Kami dulu memelihara masjid dan mazar di dalam kompleks Gurdwara. Tapi kami memutuskan untuk mengumpulkan uang dan memperbarui masjid, yang kembali digunakan lagi," kata Singh dikutip di India Today, Ahad (13/8/2023).
Seorang wanita, yang ayahnya menyaksikan kepergian penduduk desa Muslim saat pemisahan, mengungkapkan kelegaannya. Ia menyebut sejarah telah dipulihkan dan merasa senang semua komunitas di desa tetap bersatu.
Di negara bagian ini, populasi Muslim anjlok dari lebih dari 40 persen pada masa kemerdekaan menjadi 1,93 persen saat ini.
Seiring berjalannya waktu, penduduk desa bergerak maju, membuka dompet mereka, bahkan gurdwara, untuk membantu memulihkan masjid yang terbengkalai. Menurut sebuah perkiraan, lebih dari 160 masjid telah dipugar dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa kilometer jauhnya di desa Bakhatgarh, yang juga masih di distrik Barnala, sebuah masjid sedang dibangun.
Seorang petani berusia 46 tahun, Amandeep Singh, dengan murah hati menyumbangkan 250 meter persegi tanahnya untuk pembangunan masjid pada 2022. Mendengar tentang sikap baiknya, komunitas desa bersatu dan hari ini masjid tersebut hampir selesai.
"Kami memiliki tanah dan properti yang cukup. Putra saya satu-satunya tinggal di Kanada. Saya perhatikan beberapa Muslim di desa kami harus melakukan perjalanan jauh ke desa lain untuk shalat," ucap dia.
Meski tidak sesuai dengan norma, yang mana menyumbang ke agama sendiri, ia melakukan konsultasi dengan anggota masyarakat. Setelahnya, ia memutuskan untuk menyerahkan tanah itu kepada komunitas Muslim.
Sarpanch Desa Bakhatgarh, Taranjeet Duggal, menyampaikan ia beruntung berasal dari desa ini. Ia menilai kemanusiaan berada di atas batas agama.
"Kami semua mengumpulkan uang untuk memastikan masjid ada di sini. Hari ini ketika kami mendengar tentang kerusuhan komunal, kami sedih. Kami percaya semua orang bisa hidup bersama dalam damai," ujar Duggal.
Ulama (Moulvi) dari Bihar berkomentar bahwa dia merasa aman tinggal di lokasi tersebut, meskipun khawatir dengan insiden yang terjadi di tempat lain.
Di desa lainnya di Barnala, Desa Moom, sebuah keluarga pandit menyumbangkan tanah mereka untuk membangun "Masjid Aman". Secara kolektif, desa tersebut menyumbangkan 12 lakh rupwe pada 2017 dan pembangunannya selesai tiga tahun kemudian, dengan dukungan kakek dari pihak ibu Manpreet Bhanot, yang menawarkan tanahnya.
"Mandir, masjid dan gurdwara semuanya berada di lingkungan yang sama. Kakek saya membuat keputusan untuk menyumbangkan tanah karena 12 keluarga di sini berkumpul untuk membangun masjid," kata Bhanot.
Seorang buruh berusia 45 tahun, Najam Khan, menegaskan dia kerap datang ke lokasi itu untuk shalat. Dia adalah salah satu dari beberapa Muslim yang membantu membangun Shiv Mandir di desa tersebut, yang mana sebuah keluarga Sikh menyumbangkan patung Shiv Parvarti.
Setelah namaz, seluruh komunitas mengunjungi mandir. Saat pendeta kuil membagikan prasad, dia menegaskan mereka merayakan semua festival, termasuk Shivratri, Idul Fitri, atau Gurupurab. Komunitas setempat kemudian secara kolektif mengunjungi Gurudwara.
Di negara yang sering terpecah belah oleh agama, desa-desa ini berfungsi sebagai mercusuar persatuan yang bersinar.
Sumber: