Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
Tentara bayaran pada masa modern ini ada di mana-mana. Ini misalnya terjadi pada masa perang invasi Amerika Serikat ke Irak. Dalam perang Ukraina versus Soviet kini jasa tentara bayaran juga dipakai.
Bahkan, di Indonesia pada masa lalu, kolonial Belanda memakai jasa mereka. Dalam perang Jawa, banyak tentara bayaran dari berbagai negara Eropa termasuk dari negara Afrika. Tangsi tentara bayaran zaman Belanda itu dahulu berada di Purworejo. Tempat itu merupakan tangsi tentara berkulit hitam asal Afrika. Komplek itu kini menjadi markas tentara TNI konpi serbu pasukan infantri.
Bila dirunut lagi dengan mengacu pada sejarah juga terjadi sejak era zaman Romawi, Persia, hingga Ottoman. Sedangkan khusus dalam masa kekhalifahan dari sekian banyak variasi dan bentuk ilmu militer peninggalan peradaban Islam, salah satunya adalah munculnya fenomena tentara bayaran sebagai penopang utama sebuah kekuasaan.
Hal ini misalnya terjadi pada Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung hampir dua abad lamanya, antara tahun 909 M hingga 1171 M. Nama Fatimiyah yang mereka pakai sebagai klaim bahwa penguasa dinasti ini adalah masih keturunan Nabi Muhammad Saw dari garis putrinya: Fatimah.
Mereka terpaksa memakai tentara bayaran karena dinasti yang memusatkan pemerintahannya di Mesir ini adalah penganut Syiah Ismailiyah. Padahal, waktu itu pengikut syiah adalah kelompok minoritas di kota itu. Penduduk Mesir sebagian besar menganut Islam dengan mazhab Suni. Jadi, tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah dipakai sebagai jalan keluar untuk melanggengkan kekuasaan karena warga Mesir memang tidak suka kepadanya. Selain itu, legiun ini juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai pemberontakan.