Senin 14 Aug 2023 12:29 WIB

Di Forum Sinergi BUMN-Swasta, Erick: Indonesia Harus Punya Blue Print Sendiri

Erick mengatakan konsistensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hal yang luar biasa.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam Forum Sinergi BUMN-Swasta bertajuk Kolaborasi untuk Pembangunan Inklusif di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam Forum Sinergi BUMN-Swasta bertajuk Kolaborasi untuk Pembangunan Inklusif di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (14/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, BUMN dan private sector atau perusahaan memiliki kesamaan fungsi, meski berada dalam payung yang berbeda. Erick mengatakan, BUMN dan swasta punya tanggung jawab bersama dalam memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

"Yang kedua, distribution of wealth dalam kesejahteraan dan pemerataan. Kita harus memastikan yang besar tumbuh, yang menengah tumbuh, yang kecil apalagi, harus juga tumbuh. Ini yang dinamakan Indonesia incorporation," ujar Erick seusai menghadiri pembukaan Forum Sinergi BUMN-Swasta bertajuk "Kolaborasi untuk Pembangunan Inklusif" di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (14/8/2023).

Baca Juga

Erick mengatakan, konsistensi pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan hal yang luar biasa jika disandingkan dengan realitas ketidakpastian ekonomi global. Pun saat dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. 

Erick mencontohkan tekanan berat yang dialami Cina meski mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,15 persen, atau inflasi tinggi yang menghantam negara-negara di Eropa. Pun halnya dengan Amerika Serikat (AS) dengan kebijakan kapitalismenya.

"Indonesia incorporation itu kita semua yang harus memastikan keberpihakan kita kepada negara kita harus terjadi. Ekonomi tumbuh, kesejahteraan juga, tinggal apa kebijakan yang kita mau cari," ujar Erick. 

Untuk itu, Erick mengajak swasta untuk bersama-sama dengan BUMN membuat blue print atau cetak biru dari forum sinergi tersebut. Erick mengatakan, Indonesia harus memiliki kemandirian cetak biru dan tidak bergantung, bahkan mengikuti cetak biru yang dimiliki negara lain, seperti Cina atau AS.

"Blueprint ini yang bisa kita usulkan juga ke pemerintah, supaya pemerintah harus pro bisnis, jangan membikin aturan aturan tambahan pun yang akhirnya mengikat kita," kata pria berdarah Lampung-Majalengka tersebut. 

Erick mengatakan, BUMN selalu terbuka berkolaborasi dengan pihak manapun, termasuk swasta. Hal ini menjadi komitmen BUMN sejak awal untuk tidak menjadi menara gading dalam membangun ekonomi Indonesia. 

"Nah, inilah saya rasa kolaborasi yang harus kita bangun. Cina dan AS bisa, kenapa kita tidak bisa. Jangan karena non-blok, kita tidak punya blue print. Blue print Indonesia harus kita bikin. Private sector bersama kami, ayo sama-sama," kata Erick. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement