REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kolaborasi menjadi salah satu kunci utama dalam membangun Indonesia. Erick mengatakan BUMN pun sejak awal terbuka bekerja sama dengan banyak pihak, baik private sector atau swasta hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Kolaboratif sendiri menjadi salah satu nilai utama transformasi BUMN melalui core values Akhlak. Erick mengatakan implementasi kolaborasi sendiri terlihat dalam transformasi human capital yang mana banyak jajaran direksi BUMN yang berasal dari profesional.
"Setelah kita transformasi human capital BUMN, sekarang banyak talenta BUMN ada yang jadi menteri, wamen, dirjen di tempat lain dan kita mendorong terus bagaimana private sector juga bergabung di BUMN," ujar Erick usai menghadiri pembukaan Forum Sinergi BUMN-Swasta bertajuk "Kolaborasi untuk Pembangunan Inklusif" di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Dalam mewujudkan tata kelola BUMN yang profesional, Erick bahkan telah memangkas sekitar 173 anak hingga cucu usaha BUMN. Erick ingin BUMN fokus pada core bussiness dan berkolaborasi dengan pihak lain, baik swasta, UMKM, hingga mitra strategis lain.
Sinergitas seperti ini, menurut Erick, harus dilakukan dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Erick mengatakan upaya menjaga tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif tentu tak bisa dilakukan BUMN sendiri.
"Tapi memang kesehariannya pasti ada yang nakal, dari private sector, ada yang nakal, dari BUMN ada yang nakal. Nah itulah yang kenapa saya selalu menekankan di BUMN yang namanya good corporate governance," ucap Erick.
Salah satu bentuk konkret ialah dengan memangkas 45 peraturan menteri (Permen) BUMN menjadi hanya tiga Permen BUMN. Tujuannya, ucap Erick, untuk mendorong akselerasi pembangunan dan juga peningkatan kerja sama dengan swasta, UMKM, dan mitra strategis lain.
Erick mengatakan BUMN dan swasta punya tantangan yang sama saat hendak melakukan terobosan lantaran adanya regulasi yang komplikasi dan berpotensi menghambat laju akselerasi. Contohnya, saat ingin mengembangkan kawasan ekonomi khusus atau kawasan industri.
"Tadi malam, saya sama Pak Tiko (Wamen BUMN I Kartika Wirjoatmodjo) bertemu Ibu Menkeu (Sri Mulyani). Kita dorong sektor properti yang kalau kita lihat pertumbuhan dari banyak sektor, properti yang paling lambat. Kita dorong apakah PPN-nya, apakah subsidi bunga murah dan ini saya sudah bicara dengan Bapak Presiden, beliau setuju," lanjut Erick.
Erick pun memberikan lampu hijau untuk investasi swasta dalam proyek BUMN. Erick tak ingin lagi BUMN menggarap proyek yang di luar core bussiness atau keahliannya. Contohnya, PT Adhi Karya dengan transit oriented development (TOD) atau pembangunan orientasi transit.
"Saya sangat terbuka, ini aset-aset BUMN nilainya ada Rp 83 triliun yang ada di (BUMN) karya-karya. Kemarin sama Pak Jokowi naik LRT, itu ada asetnya Adhi Karya. Itu bikin TOD, saya bilang expert tidak Adhi Karya bikin TOD. Kalau nggak expert, bermitra sama private sector. Sayang tugasnya karya ada yang lain," ucap Erick.
Dalam setiap proyek strategis, Erick memastikan BUMN selalu membuka diri untuk swasta bergabung. Dengan model kolaborasi, Erick menyebut hal ini juga akan memberikan dampak yang positif bagi kinerja BUMN itu sendiri.
"Terlepas dari isu (BUMN) karya, BUMN sehat kok, kita punya net profit ketika saya masuk itu cuman Rp 13 triliun, sekarang Rp 124 triliun, yang terbaru Rp 250 triliun profitnya. Dividen yang kita berikan kepada negara Rp 80,2 triliun, kita bayar pajak, bayar distribusi, karena kita mau dorong program pemerintah yang pro rakyat juga. InsyaAllah dengan niat baik ini, kita bersama-sama, yang bagus yang begini. Dengan kolaborasi dan peduli, kita bisa bertahan hari ini," kata mantan Presiden Inter Milan tersebut.