Senin 14 Aug 2023 17:17 WIB

Turki Intensifkan Upaya Hidupkan Lagi Kesepakatan Gandum Laut Hitam

Turki telah meningkatkan upaya diplomatik multilateral dengan Ukraina, AS, dan UE.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perjanjian Koridor Gandum Laut Hitam yang disepakati Rusia-Ukraina.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Perjanjian Koridor Gandum Laut Hitam yang disepakati Rusia-Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Turki dilaporkan sedang mengintensifkan upaya agar kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) dapat dihidupkan kembali. Tak hanya dengan Rusia dan Ukraina, Turki pun mengajak dialog Amerika Serikat (AS) serta Uni Eropa.

“Turki telah meningkatkan upaya diplomatik multilateral dengan Ukraina, AS, dan Uni Eropa sehubungan dengan kesepakatan biji-bijian (BSGI). "Turki telah meningkatkan upaya diplomatik multilateral dengan Ukraina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa sehubungan dengan kesepakatan biji-bijian. Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Perdagangan semuanya terlibat dalam pekerjaan itu,” ungkap seorang diplomat Turki kepada kantor berita Rusia, TASS, Senin (14/8/2023).

Baca Juga

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah berencana untuk melakukan pertemuan bilateral. Erdogan berharap pertemuan dengan Putin dapat berlangsung bulan ini. Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan mereka adalah tentang nasib BSGI.

“Sebelum pertemuan antara Erdogan dan Putin, pekerjaan telah diintensifkan untuk menghilangkan masalah yang dihadapi implementasi inisiatif biji-bijian (BSGI)," kata diplomat Turki yang dikutip keterangannya oleh TASS.

Surat kabar Turki, Milliyet, melaporkan bahwa Putin akan mengunjungi Turki dalam beberapa hari mendatang. Sementara itu stasiun televisi Turki, A Haber, mengatakan, jika Putin tak datang ke Ankara, maka Erdogan yang bakal bertolak ke Moskow. Pada 3 Agustus 2023 lalu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov sudah mengonfirmasi rencana pertemuan Putin dengan Erdogan. Namun dia menyebut tanggal dan lokasi pertemuan belum ditentukan. Hal itu akan dibahas kedua negara lewat saluran diplomatik.

Sebelumnya Erdogan telah menyampaikan nasib keberlanjutan BSGI bergantung pada pemenuhan janji Barat yang termaktub dalam BSGI. “(BSGI) bergantung pada negara-negara Barat yang harus menepati janji mereka,” ujar Erdogan, 8 Agustus 2023 lalu.

 

Kendati demikian, Erdogan mengisyaratkan rasa optimistis perjanjian BSGI masih bisa diselamatkan. “Saya pikir solusi dapat ditemukan,” ujarnya, merujuk pada perbincangan via telepon dengan Vladimir Putin pada 2 Agustus 2023 lalu.

Menurut laporan Anadolu Agency, dalam percakapannya dengan Putin, Erdogan menekankan pentingnya BSGI. Erdogan menganggap kesepakatan tersebut sebagai jembatan perdamaian.

Dia menambahkan, penangguhan BSGI dalam jangka panjang tidak akan menguntungkan siapa pun. Menurut dia, negara-negara berpenghasilan rendah yang membutuhkan pasokan gandum atau komoditas biji-bijian lainnya menjadi pihak paling terimbas.

Erdogan mengungkapkan, ketika BSGI diterapkan, harga biji-bijian turun 23 persen. Sejak BSGI tak lagi diperpanjang masa aktifnya, harga komoditas tersebut telah beranjak naik sebesar 15 persen. Sementara itu, menurut layanan pers Kremlin, dalam perbincangan dengan Erdogan, Putin menyampaikan kesiapan Rusia untuk berpartisipasi kembali dalam BSGI. Namun sebelum langkah itu diambil, Moskow menghendaki Barat memenuhi persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam BSGI.

"Kesiapan untuk kembali ke perjanjian Istanbul (BSGI) telah dikonfirmasi, segera setelah Barat benar-benar memenuhi semua kewajiban terhadap Rusia yang terdaftar di dalamnya," kata Kremlin. 

Rusia telah menolak memperpanjang masa aktif BSGI yang berakhir pada 18 Juli 2023 lalu. Alasan utama Rusia menolak memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa ketentuan terkait kepentingan Rusia dalam kesepakatan itu tidak dilaksanakan. Tuntutan terkait penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran SWIFT, misalnya, belum direalisasikan. Sanksi Barat yang menyebabkan komoditas pertanian dan pupuk Rusia tak bisa memasuki pasar global juga tak kunjung dicabut. 

Alasan lain mengapa Rusia enggan memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa kesepakatan tersebut sudah melenceng dari tujuan awal, yakni untuk memperlancar pengiriman komoditas pangan ke negara-negara membutuhkan. Namun Moskow menilai Ukraina secara terang-terangan “mengkomersialkan” BSGI dan mengirim produk pertaniannya ke negara-negara maju, terutama Eropa. 

Masa aktif BSGI telah diperpanjang tiga kali, yakni pada November 2022, serta Maret dan Mei 2023. Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.

Lewat BSGI, Moskow memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor komoditas pertaniannya lewat tiga pelabuhannya di Laut Hitam. Sebagai gantinya, Moskow meminta operasi ekspor pertaniannya, termasuk pupuk, dibebaskan dari sanksi Barat.

Rusia telah beberapa kali menyampaikan bahwa bagian dalam BSGI terkait pembebasan ekspor komoditas pertaniannya dari sanksi belum terealisasi. Hal itu menjadi salah satu faktor Moskow ingin keluar dari BSGI. Sejak BSGI disepakati, lebih dari 32 juta ton biji-bijian diekspor dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement