Sepenggal video ceramah Mahfud MD mengenai peristiwa Rengasdengklok viral. Di video itu, Mahfud bercerita bahwa Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Tapi, proklamasi ini tidak sah karena hanya diikuti oleh segelintir pemudayang menculik Sukarno-Hatta.
Oohya! Baca juga ya:
BPUPKI Pilih Bentuk Negara Indonesia Merdeka, Kerajaan Dipilih 6 Anggota, Republik 55 Anggota
Peringati Hari Proklamasi Kemerdekaan, Para Lansia Bandung Bergembira Berolahraga di Atas Kursi
Nama Indonesia Ternyata Membuat Belanda Kepanasan, Siapa Perintisnya?
Video viral itu merupakan petikan dari ceramah Mahfud MD di acara Bukatalks Dialog Kebangsaan Bersama Mahfud MD yang diadakan oleh Bukalapak pada 2019.
Kata Mahfud:
Dibawa ke Rengasdengklok. Di situlah Bung Karno tanggal 16 Agustus bersama Bung Hatta mengucapkan Proklamasi Kemerdekaan. Menaikkan bendera Merah Putih, menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. (Dapat tepuk tangan). Ntar dulu, itu kan 16 Agustus. Jangan gembira dulu. Pulang, Bung Karno pulang sore, lalu dia, ‘Saya tadi diculik, karena dipaksa ya saya ngucapkan ke ...’ iya betul ini... ada ceritanya... ‘Karena dipaksa, saya, oleh anak-anak muda ini’, katanya, ‘ya saya terpaksa ngucapkan kemerdekaan’. ‘Tapi’, kata Bung Karno, ‘Kemerdekaan yang saya ucapkan tadi itu ndak sah. Karena tidak ada yang mendengarkan. Cuma tujuh orang, anak-anak ini’.
Benarkah apa yang dikatakan Mahfud MD itu? Di buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat, Sukarno detail bercerita peristiwa penculika Rengasdengklok mulai saat bertengkar dengan para pemuda sebelum diculik, hingga pulang lagi ke Jakarta, tapi tak ada cerita soal membacakan Proklamasi Kemerdekaan di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Pada 16 Agustus 1945 pagi, memang ada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan, tetapi tidak melibatkan Sukarno-Hatta. Sukarno-Hatta ditempatkan di rumah petani dekat Asrama PETA, peristiwa Proklamasi Kemerdekaan terjadi di halaman Pendopo Kawedanaan Rengasdengklok.
Adalah Camat Rengasdengklok (Rengasdengklok-Soncho) Soejono Hadipranoto yang diminta Sukarni untuk memproklamasikan kemerdekaan. Kepada hadipranoto, Sukarni menginformasikan Sukarno-Hatta ada di Rengasdengklok, Jepang telah kalang perang, sehingga Indonesia harus segera menyatakan kemerdekaannya. Sebagai penguasa tertinggi yang ada di rengasdengklok, karena Wedana sedang bersama Sukarno-Hatta, Sukarni meminta Hadipranoto mengumpulkan rakyat untuk uapacara penurunan bendera Jepang, menaikkan bendera merah putih, lalu berpidato menjelaskan situasi disusul dengan pernyataan kemerdekaan.
Di dalam upacara, Hadipranoto menyatakan tujuan mengumpulkan rakyat di halaman pendopo. Ia menjelaskan pula situasi yang dijelaskan Sukarni kepadanya. Ia menanyakan kepada para peserta upacara, sudikan kiranya jika Balatentara Dai Nippon menyerahkan Indonesia kepada tentara Sekutu. Dijawab dengan teriakan, “Tidak Sudiiiii.”
Lalu, Hadipranoto menyatakan kemerdekaan Indonesia:
Baiklah, kalau demikian halnya, saya sebagai kepala pemerintahan di wilayah ini, di Kawedanaan Rengasdengklok, sebab paduka Tuan Guncho tidak ada bersama kita sekarang ini, dengan ini men yatakan Rakyat atau Bangsa Indonesia Merdeka. Merdeka dan berkuasa di negerinay sendiri. Merdeka yang berarti tidak dijajah oleh siapa pun, dan oleh karenanya tidak mau dan tidak boleh jadi kita ditimbangterimakan oleh Balatentara dai Nippon atau oleh siapa pun kepada siapa pun.
Peserta upacara menyambutnya dengan pekik Hidup dan pekik Merdeka. Tapi, kata Hadipranoto, ada juga yang tertawa dan ada pula yang cuma tersenyum.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.
Mahasiswa ’45 Prapatan 10: Pengabdiannya karya Soejono Martosewojo dkk.