REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia disebut tidak memiliki urgensi untuk bergabung dengan aliansi baru, dalam hal ini BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan). Indonesia bahkan dinilai belum memaksimalkan perannya di sejumlah forum yang pernah diikuti.
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan Indonesia sebaiknya fokus memainkan peran di ASEAN. Pasalnya, Indonesia merupakan negara terbesar di kawasan dan memegang posisi yang dominan.
"Mungkin utilisasi berbagai platform yang sudah ada bisa lebih dioptimalkan daripada gabung ke platform yang sudah didominasi pihak tertentu," kata Yose kepada Republika.co.id, Senin (14/8/2023).
Menurut Yose, Indonesia tidak akan bisa memaksimalkan peran di BRICS karena aliansi tersebut sudah didominasi oleh dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia yaitu Cina dan India. Di sisi lain, sanksi global terhadap Rusia dinilai membuat aliansi ini menjadi kurang menarik.
Yose menekankan agar pemerintah mempelajari terlebih dahulu dampak positif dan negatif yang ditimbulkan sebelum bergabung dengan aliansi baru. Dengan kondisi geopolitik saat ini, Yose melihat, BRICS belum akan memberikan dampak yang positif terhadap Indonesia.
"Belum terlalu menarik Indonesia bergabung dengan BRICS, bisa jadi implikasinya lebih besar. Kita harus memainkan peranan yang cukup baik untuk balancing antara kondisi geopolitik yang ada sekarang ini," kata Yose.
KTT BRICS akan digelar di Afrika Selatan pada 22-24 Agustus mendatang. Salah satu agenda yang akan dibahas mengenai ekspansi anggota BRICS. Sejumlah negara sudah mengutarakan niatan untuk bergabung dalam koalisi ekonomi beranggotaan Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan tersebut.
Beberapa negara seperti Bangladesh, Ethiopia, Belarusia, dan Aljazair telah mengajukan permohonan keanggotaan ke BRICS. Duta Besar Rusia untuk Mesir Georgy Borizenko juga mengklaim bahwa Kairo sudah resmi mengajukan permohonan keanggotaan BRICS.
Menurut data IMF, pada 2022 lalu, total gabungan pendapatan domestik bruto (PDB) BRICS telah mencapai 22,5 triliun dolar AS. Jumlah itu melampaui PDB G7 yang mencapai 21,4 triliun dolar AS. Negara BRICS kini dinilai menjadi aktor penting dan signifikan dalam memerangi pertumbuhan ekonomi serta konteks politik global.