Senin 14 Aug 2023 19:18 WIB

Atasi Karhutla, 4,8 Ton Garam Ditabur di Langit Riau

Hal ini guna membuat hujan buatan mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sebanyak 4,8 ton garam telah ditabur atau disemai di langit Riau dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Hal ini guna membuat hujan buatan mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

"Lokasi penyemaian yakni di Bengkalis, Siak, Rokan Hilir, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pekanbaru, dan Kepulauan Meranti," kata Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Jim Ghafur, Senin (14/8/2023).

Baca Juga

TMC telah melakukan sebanyak enam kali tabur garam sejak Kamis (10/8/2023). Penyemaian dilakukan selama tiga hari berturut-turut dan lokasi bisa berubah sesuai dengan kondisi serta potensi awan.

"Saat ini masih tersisa 10,2 ton garam untuk disemai," kata Jim.

Dalam tiga hari terakhir, sebagian besar wilayah di Provinsi Riau diguyur hujan dengan intensitas sedang dan lebat. Akibatnya, saat ini tersisa empat titik panas (hotspot) di Riau, yaitu di Kabupaten Indragiri Hulu, Senin.

Titik panas paling banyak saat ini tercatat di Sumatera Selatan dengan 47 titik, disusul Bangka Belitung dengan 35 titik, Lampung delapan titik, Bengkulu enam titik, Jambi lima titik, Kepulauan Riau empat titik, dan Sumatera Utara dua titik.

Sementara terlihat suasana Kota Pekanbaru, Senin pagi berkabut dengan suhu udara berkisar antara 23,0 hingga 33,0 derajat Celsius serta kelembapan mencapai 55 hingga 99 persen.

Namun begitu, Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Marzuki menyebutkan kabut itu adalah partikel uap air di udara. "Kabut yang terjadi lebih didominasi oleh uap air dengan partikel-partikel air. Ini bukan berasal dari kabut asap," kata Marzuki.

Marzuki juga menambahkan jarak pandang di Kota Pekanbaru dan sekitarnya pada siang ini mencapai 8 kilometer. Menurutnya, jika jarak pandang melebihi 5 kilometer itu menandakan bahwa kabut bukan berasal dari asap karhutla.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement