REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memastikan mendukung penuh langkah pemerintah dalam pengurangan emisi karbon. Hanya saja, sesungguhnya langkah ini harus mendapatkan dukungan global karena emisi karbon per kapita Indonesia lebih rendah dari negara maju.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan emisi karbon per kapita di Indonesia tercatat sebesar 2,3 ton per tahun. Sedangkan negara maju seperti Amerika dan Cina mencapai 14,7 - 15,4 ton per tahun per kapita.
"Indonesia itu saat ini 2,3 ton per kapita jauh lebih baik rata-rata dunia," ujar Nicke di Jakarta, Senin (14/8/2023).
Oleh sebab itu, hal ini menjadi fokus perusahaan dalam meningkatkan ketahanan energi di dalam negeri. Meskipun, ia juga mengakui bahwa saat ini terdapat tantangan lain dari sektor industri dalam penggunaan energi fosil.
Menurut Nicke banyak perusahaan global yang tergabung dalam RE 100 persen, saat ini tengah berupaya mencapai komitmennya guna memenuhi target 100 persen penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam seluruh aktivitas bisnisnya.
"Dan pendekatan yang dilakukan dan lebih pasti adalah membangun green industry cluster dan ini akan mengembangkan carbon emission reduction yang besar, kenapa? Karena industri hari ini berbahan fosil ini memberikan kontribusi 82 persen dari karbon emisi dunia," kata dia.