Senin 14 Aug 2023 22:41 WIB

Jadi Anggota OECD tak Mudah, Sri Mulyani: Indonesia Harus Reformasi Ekonomi

Rata-rata pendapatan per kapita harus sebesar 10 ribu dolar AS.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
 Para pemimpin dunia dari G7 dan negara-negara undangan, (baris atas dari kiri ke kanan) Mathias Cormann, Sekretaris Jenderal Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Jerman Kanselir Olaf Scholz, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol. (baris bawah dari kiri ke kanan) Presiden Bank Dunia David Malpass, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Perdana Menteri Kepulauan Cook Mark Brown, Yoon Suk Yeol Korea Selatan, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Jepang Perdana Menteri Fumio Kishida, Presiden Komoro Azali Assoumani, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula de Silva, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia Ngozi Okonjo-Iweala berpose untuk foto keluarga para pemimpin G7 dan negara-negara undangan dalam KTT Pemimpin G7 di Hiroshima Jepang barat, Sabtu (20/5/2023).
Foto: Japan Pool via AP
Para pemimpin dunia dari G7 dan negara-negara undangan, (baris atas dari kiri ke kanan) Mathias Cormann, Sekretaris Jenderal Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Jerman Kanselir Olaf Scholz, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol. (baris bawah dari kiri ke kanan) Presiden Bank Dunia David Malpass, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Perdana Menteri Kepulauan Cook Mark Brown, Yoon Suk Yeol Korea Selatan, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Jepang Perdana Menteri Fumio Kishida, Presiden Komoro Azali Assoumani, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula de Silva, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia Ngozi Okonjo-Iweala berpose untuk foto keluarga para pemimpin G7 dan negara-negara undangan dalam KTT Pemimpin G7 di Hiroshima Jepang barat, Sabtu (20/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah mengungkapkan langkah-langkah reformasi penguatan ekonomi Indonesia. Hal ini merespon syarat keanggotaan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah Indonesia telah lama menjalin kerja sama dengan OECD. Indonesia juga terhitung sebagai mitra kerja utama dari OECD.

“Sudah banyak bidang-bidang reformasi yang  dilakukan oleh Indonesia yang juga sesuai dengan kebutuhan kerangka kebijakan yang konsisten dengan OECD,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (14/8/2023).

Sri Mulyani menyampaikan Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann juga menunjukkan sikap apresiatif terhadap Presiden Indonesia Joko Widodo sebagai pemimpin negara. Adapun apresiasi tersebut mengacu pada berbagai kebijakan reformasi yang dilakukan Indonesia di tengah situasi ketidakpastian global, terutama terkait dengan reformasi investasi dan reformasi perekonomian secara menyeluruh.

Menurut Sri Mulyani Sekjen OECD menilai reformasi yang dilakukan Indonesia sesuai dengan kebutuhan negara dalam memperkuat perekonomiannya. Selain itu, Indonesia dengan OECD telah melakukan berbagai program kerja sama, seperti survei ekonomi dan penilaian terhadap kebijakan yang berlaku di Tanah Air.

“Indonesia melakukan asesmen terhadap kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan BUMN dan perpajakan, pergerakan modal, pengadaan publik, anti korupsi, dan lingkungan,” ucapnya.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) Mathias Cormann di kantornya, Kamis (10/8/2023). Adapun pertemuan itu membahas rencana Indonesia menjadi anggota OECD.

Jika terlaksana, Airlangga menyebut Indonesia akan jadi negara ketiga di Asia yang bergabung dengan lembaga tersebut setelah Korea Selatan dan Jepang.

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi Indonesia agar bisa masuk sebagai anggota OECD yakni rata-rata pendapatan per kapita sebesar 10 ribu dolar AS. Namun, saat ini Indonesia masih terbilang jauh dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar 5.500 dolar AS pada 2024.

"Sehingga standar-standar yang diberlakukan OECD menjadi benchmark dan best practices ditambah lagi dengan peer support agar program pembangunan yang dilakukan di Indonesia bisa terjaga dan bisa dipastikan kita bisa lolos middle income trap," ujarnya, Kamis (10/8/2023).

Airlangga juga menyebut untuk menjadi anggota OECD membutuhkan waktu yang panjang, seperti Korea Selatan dan Jepang yang memakan waktu 10 tahun. Namun dia juga menyebut ada negara yang tak perlu waktu lama seperti Columbia delapan tahun.

"Tetapi tentu untuk menjadi anggota OECD membutuhkan waktu yang panjang. Kasus terakhir negara Amerika latin seperti Columbia itu memakan waktu delapan tahun tetapi ada juga yang empat tahun, tetapi itu dilakukan seperti Korea atau Jepang yang prosesnya dekade udah lama," ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement