REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Andriadi Achmad, menilai posisi calon wakil presiden (cawapres) saat ini menjadi penentu utama kemenangan dalam Pemilihan Presiden 2024. Hal itu menanggapi dipastikannya Pilpres 2024 hanya diikuti tiga pasangan.
Hal itu setelah Partai Golkar dan PAN ke koalisi Prabowo Subianto. Adapun dua capres lainnya adalah Anies Rasyid Baswedan dan Ganjar Pranowo. Meski koalisi hampir terbentu, namun Andriadi menilai, akan ada kerumitan dalam koalisi partai dan bacapres dalam memilih sosok cawapresnya.
"Kerumitan dalam menentukan bacawapres adalah fenomena menarik dalam pilpres 2024, posisi bacawapres seolah penentu utama kans untuk memenangkan kontestasi," ujar Andriadi kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Andriadi menilai, kerumitan di masing-masing koalisi dalam menentukan sosok cawapres dimulai dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang diserahkan penuh kepada capres Anies Rasyid Baswedan. Nama-nama yang kerap muncul diantaranya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Yenny Wahid, dan Khofifah Indar Parawansa.
"Secara realitas kita dapat membaca bahwa bacawapres Anies Baswedan lebih mengerucut ke AHY atau Yenny Wahid atau Khofifah Indar Parawangsa," ujarnya.
Sedangkan untuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya nama bacawapres dari semula peluang terbesar adalah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, kini terbuka peluang nama baru. Masuknya Golkar dan PAN membuat nama cawapres baru adalah Airlangga Hartarto alias Ridwan Kamil dari Golkar maupun Erick Thohir yang didorong PAN.
"Sedangkan bacawapres Prabowo Subianto lebih mengerucut ke Cak Imin (PKB), Airlangga Hartarto/Ridwan Kamil (Golkar) dan Zulkifli Hasan/Erick Thohir (PAN) serta Gibran Rakabuming Raka berpeluang jika judicial review batas usia 35 tahun dikabulkan MK," ujar Andriadi.
Adapun bacawapres Ganjar Pranowo, sejauh ini nama-nama yang kerap muncul adalah Sandiaga Salahuddin Uno dari PPP, Erick Thohir, Ridwan Kamil, AHY, dan Cak Imin. Kendati demikian, Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) tersebut, meyakini Pilpres 2024 berpotensi dua putaran.
Hal itu lantaran dalam berbagai survei menunjukkan tidak ada satupun dari tiga kandidat mendapatkan suara lebih dari 50 persen atau suara dominan. "Artinya terjadi polarisasi atau penyebaran suara ketiga kandidat nyaris seimbang dalam pilpres 2024," ucap Andriadi.