Selasa 15 Aug 2023 12:06 WIB

Italia Peringati Lima Tahun Peristiwa Ambruknya Jembatan Morandi

Pada 14 Agustus 2018 sebagian besar jembatan Morandi terputus saat hujan badai

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Italia memperingati lima tahun runtuhnya Jembatan Morandi di Genoa
Foto: AP
Italia memperingati lima tahun runtuhnya Jembatan Morandi di Genoa

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Italia memperingati lima tahun runtuhnya Jembatan Morandi di Genoa dengan mengheningkan cipta selama satu menit dan menuntut keadilan bagi 43 korban tewas. Pihak berwenang Italia mengatakan peristiwa ini contoh kelalaian yang dipicu keserakahan.

Menteri Infrastruktur Matteo Salvini mengatakan kepada keluarga korban, penduduk lokal dan pihak berwenang pada peringatan Genoa, para korban jiwa bukanlah korban banjir atau bencana alam. Sebaliknya, katanya, mereka adalah "korban keserakahan, orang-orang yang tidak melakukan pekerjaan mereka".

Pada 14 Agustus 2018 sebagian besar jembatan Morandi terputus saat hujan badai, ketika jalan raya penuh sesak menjelang liburan musim panas terbesar di Italia. Sejumlah mobil terjun ke dasar sungai yang kering di bawahnya.

Lima puluh delapan orang diadili tahun lalu, dituduh melakukan pembunuhan dan tuduhan lainnya. Para terdakwa antara lain mantan eksekutif dan pakar teknis perusahaan yang mengelola banyak jembatan dan jalan raya Italia serta mantan pejabat kementerian Salvini.

Jaksa menuduh para terdakwa mengetahui jembatan yang dibangun pada 1960-an itu berisiko runtuh. Mereka memotong sudut-sudut jembatan untuk menghemat anggaran.

Perancang jembatan merekomendasikan pemeliharaan berkala pada bentang semen untuk menghilangkan karat. Terutama karena efek korosif dari udara lembap Laut Liguria di dekatnya.

Warga yang berkumpul di bentang jembatan yang baru, Salvini, mengatakan, ia membaca beberapa dokumentasi dari persidangan tersebut. Ia mengatakan tidak ingin berprasangka pada hasilnya, tapi menurutnya insiden ambruknya jembatan Morandi merupakan bukti keserakahan dan kecerobohan.

“Ada keuntungan miliaran euro, beberapa di antaranya seharusnya diinvestasikan kembali dalam pemeliharaan, yang jelas, berdasarkan apa yang terjadi, tidak diinvestasikan dalam pemeliharaan,” katanya, Senin (14/8/2023).

Salvini menambahkan di peringatan tahun depan ia berharap Parlemen menyetujui undang-undang yang menganggap korban kelalaian dalam pekerjaan umum setara dengan korban terorisme atau kejahatan terorganisasi, dalam kelayakan mereka mendapatkan kompensasi. Rancangan undang-undang itu diusulkan setelah insiden Jembatan Morandi.

Usai Salvini berpidato lonceng gereja berdentang dan sirene meraung di seluruh Genoa, kerumunan mengheningkan cipta selama satu menit pada pukul 11:36, saat jembatan Morandi ambruk.

Seorang anggota komite kerabat korban Morandi, Egle Possetti mengatakan keluarga korban Morandi mempercayai sistem peradilan, tetapi perkembangan proses persidangan hingga saat ini mengecewakan.

Ia mengutip kesaksian para eksekutif dan pakar teknis yang menolak bertanggung jawab, mengaku tidak mengetahui atau mengingat detailnya, dan bukti dari kementerian transportasi yang secara membabi buta, "hampir berlutut", menerima kata-kata perusahaan pemeliharaan.

“Ada juga kesaksian dari banyak orang yang mengetahui masalah jembatan ini dan diminta berbicara. Mereka pura-pura tidak mendengar,” katanya, suaranya pecah. “Mereka bermain-main dengan kehidupan jutaan orang, tanpa kesadaran sipil yang minim untuk berbicara.”

Peristiwa ambruknya Jembatan Morandi merupakan insiden infrastruktur paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir. Ambruknya sejumlah jembatan dan jalan raya lain di Italia menggarisbawahi kondisi infrastruktur transportasi negara itu.

Salvini mengatakan kementeriannya, yang bertanggung jawab atas 21.000 jembatan dan jembatan di seluruh negeri, sedang bekerja untuk mengejar "kekurangan perhatian selama beberapa dekade."

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement