REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol mengatakan pada Selasa (15/8/2023) bahwa pertemuan puncak yang akan datang dengan para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Jepang akan menetapkan tonggak baru dalam kerja sama trilateral. Ketiga negara berupaya menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara (Korut) yang berkembang.
"Akan menjadi tonggak sejarah baru dalam kerja sama trilateral yang berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan di kawasan Indo-Pasifik," kata Yoon dalam pidato yang menandai peringatan pembebasan negaranya dari penjajahan Jepang 1910-1945.
Menurut Yoon, perlunya meningkatkan kerja sama keamanan dengan AS dan Jepang. Mereka dapat melakukannya melalui aset pengintaian dan berbagi data secara real-time tentang senjata nuklir dan misil Pyongyang.
Yoon akan bergabung dengan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di retret kepresidenan Camp David di Maryland pada Jumat (18/8/2023). Mereka akan meluncurkan serangkaian inisiatif bersama di bidang teknologi, pendidikan, dan pertahanan.
Sejak menjabat pada Mei 2022, Yoon telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Tokyo. Hubungan kedua negara telah lama dirusak oleh kebuntuan perselisihan atas tuntutan kompensasi yang diajukan oleh para korban kerja paksa Jepang selama pemerintahan kolonialnya.
Jepang mengatakan, masalah itu diselesaikan di bawah perjanjian 1965 yang menormalkan hubungan. Namun, hubungan yang tegang telah menghambat upaya yang pimpinan AS untuk meningkatkan kerja sama trilateral guna mengekang program senjata Korut.
Yoon telah mengambil langkah-langkah untuk memberi kompensasi kepada para korban dengan pembayaran dari pemerintahannya, bukan dana Jepang. Dia pun mengunjungi Tokyo pada Maret dalam perjalanan pertama oleh seorang pemimpin Korsel dalam 12 tahun.
"Korea dan Jepang sekarang menjadi mitra yang memiliki nilai-nilai universal dan mengejar kepentingan bersama," ujar Yoon dalam pidatonya berjanji untuk meningkatkan pertukaran masalah keamanan dan ekonomi.
Washington memiliki pengaturan pertahanan kolektif formal dengan Tokyo dan Seoul secara terpisah. Namun, AS ingin kedua negara itu bekerja lebih dekat mengingat kekhawatiran yang meningkat tentang kekuatan Cina yang meningkat dan kekhawatiran tentang niatnya.
Sementara itu, pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertukar surat pada Selasa. Mereka berjanji untuk mengembangkan hubungan strategis jangka panjang.
AS menuduh Korut menyediakan senjata ke Rusia untuk perangnya di Ukraina, termasuk peluru artileri, roket, dan rudal. Pyongyang dan Moskow membantah adanya transaksi senjata.