REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan sektor pangan menjadi isu yang penting bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk hingga 318 juta di masa depan, Erick menyebut perlu ada antisipasi dalam memastikan ketersediaan pangan nasional.
"Penduduk Indonesia 287 juta menuju 318 juta penduduk, semua perlu makan, ketahanan pangan jadi prioritas," ujar Erick dalam Seminar Nasional Universitas Al Azhar Indonesia di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Tak sekadar memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, Erick memproyeksikan industrilisasi pangan akan menjadi tumpuan ekonomi Indonesia terbesar kedua di masa depan, setelah hilirisasi sumber daya alam (SDA). Hal itu dapat terealisasi jika seluruh pihak saling berkolaborasi dalam memperkuat kemandirian pangan.
Untuk itu, Erick pun menggulirkan sejumlah terobosan. Salah satunya melalui program Makmur yang merupakan ekosistem pangan yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Kita tidak mungkin membangun keberlanjutan pangan tanpa memerhatikan petani kita yang semakin hari semakin miskin. Rata-rata petani sekarang tanahnya 300-500 meter, mereka sulit untuk bertahan hidup apalagi sekolahkan anaknya," ucap pria kelahiran Jakarta tersebut.
Dalam program Makmur, Erick mengatakan sejumlah BUMN memberikan dukungan penuh untuk para petani dari tahap pembiayaan, pendampingan, pasokan pupuk berkualitas, asuransi gagal panen, hingga menjadi offtaker atau pembeli hasil produksi petani.
"Ini ekosistem yang sekarang kami di BUMN coba intervensi dalam melindungi petani. Petani tidak usah mikir hasilnya (pembelinya), cukup produksi saja. Nyatanya bisa kok, kita sudah buktikan," lanjut Erick.
Erick menjelaskan realisasi program Makmur sampai dengan Juli 2023 terbukti meningkatkan produktivitas maupun pendapatan petani. Erick menyampaikan program Makmur saat ini telah tersebar di lahan seluas 527.922 hektare dengan keterlibatan 237.781 petani.
Erick memerinci komoditas padi saat ini mencapai 162.451 hektare atau meningkat 14 persen dengan peningkatan pendapatan petani hingga 15 persen. Pun dengan komoditas jagung yang mengalami peningkatan produktivitas sebesar 23 persen atau 52.621 hektare dengan peningkatan pendapatan petani hingga 41 persen.
Sementara produktivitas komoditas tebu naik 17 persen atau 108.623 hektare dengan peningkatan pendapatan petani hingga 37 persen. Serta, komoditas sawit yang mengalami peningkatan produktivitas sebesar enam persen atau 186.867 hektare dengan peningkatan pendapatan petani hingga 11 persen.
"Artinya kalau kita mau, kita bisa. Toh apa yang kita lakukan juga penting bagi negara lain karena semua negara kesulitan pangan. Kita saja sekarang berupaya menjaga stok beras karena El Nino. India sudah setop beras, untung Bulog punya cadangan 1,3 juta, artinya kemandirian pangan bisa menjadi fondasi kita, tetapi juga bisa membantu negara lain yang membutuhkan," kata Erick.