Selasa 15 Aug 2023 20:16 WIB

Putin Mulai Singgung Kudeta di Niger, Bakal Membuat Barat Waswas

Putin mendesak dipulihkannya kembali ketertiban konstitusional di Niger.

Foto kantor berita TASS menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Interim Mali Assimi Goita.
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL METZEL
Foto kantor berita TASS menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Interim Mali Assimi Goita.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan pemimpin Mali mengenai kudeta militer di Niger, Selasa (15/8/2023). Pembicaraan melalui telepon ini kemungkinan memicu perhatian Barat yang khawatir atas meningkatnya pengaruh Rusia di Afrika Barat.

‘’Putin menekankan pentingnya resolusi damai atas situasi saat ini demi menjaga wilayah Sahel, Afrika Barat, yang stabil,’’ kata Presiden interim Mali Assimi Goita melalui akun sosial media X. Kremlin menyatakan, pembicaraan melalui telepon itu diinisiasi oleh Mali.

Baca Juga

‘’Kedua belah pihak secara khusus fokus pada situasi saat ini di Sahara-Sahel dan menekankan pentingnya memulihkan situasi di Niger melalui langkah politik dan diplomatik yang damai,’’ demikian pernyataan yang dikeluarkan Kremlin.

Putin mendesak dipulihkannya kembali ketertiban konstitusional di Niger. Sedangkan, pemimpin kelompok tentara bayaran asal Rusia, Wagner, Yevgeny Prigozhin menyambut kudeta yang dilakukan militer Niger dan menawarkan layanan mereka.

Dukungan kepada Rusia bermunculan di Niger sejak terjadinya kudeta. Para pendukung junta militer mengibarkan bendera Rusia saat konvoi. Mereka mendesak Prancis untuk hengkang dari wilayah Afrika Barat, termasuk Niger.

Para pemimpin kudeta militer Niger tak lagi mengakui kesepakatan dengan militer Prancis. Pemerintah Prancis pun menyatakan tak mengakui junta militer Niger sebagai pemerintahan yang sah.

Niger merupakan wilayah strategis bagi AS, Cina, Eropa, dan Rusia, terutama terkait kandungan uranium dan cadangan minyak yang mereka miliki. Negara ini juga dijadikan hub pasukan asing untuk memerangi kelompok Islamis di kawasan.

Negara-negara Barat dan Afrika mendesak pemimpin kudeta militer Niger untuk mengembalikan kekuasaan kepada pemerintahan yang sah, dipimpin Presiden Mohamed Bazoum. Militer merebut kekuasaan dari Bazoum pada 26 Juli.

Meski didesak, junta militer Niger menolak untuk menyerahkan kekuasaan. Kepala angkatan bersenjata negara-negara Afrika akan melakukan pertemuan pada Kamis dan Jumat ini di Ghana untuk mempersiapkan kemungkinkan intervensi militer ke Niger.

Blok negara Afrika Barat, Economic Community of West African States (ECOWAS), mengacam menggunakan kekuatan militer jika jalan diplomasi gagal. Meski demikian, intervensi militer akan membuat stabilitas kawasan kian terancam.

Pengaruh Rusia saat ini kian berkembang di wilayah ini, sedangkan negara-negara Barat semakin tak bertaring setelah serangkaian kudeta militer di kawasan ini dalam kurun tiga tahun. Pemimpin militer Mali dan Burkina Faso mengusir pasukan bekas penjajah Prancis.

Saat ini, Mali dan Burkina Faso memperkuat hubungan mereka dengan Rusia. Di Mali, pemerintahan militer di sana membawa masuk tentara bayaran Wagner untuk membantu menjaga ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.

Di bawah pemerintahan Presiden Mohamed Bazoum, Niger tetap menjadi sekutu Barat. AS, Prancis, Jerman, dan Italia menempatkan pasukannya di sana di bawah kesepakatan yang dicapai dengan pemerintahan Bazoum.

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement