Selasa 15 Aug 2023 22:04 WIB

Pengamat Nilai Pembenahan Transportasi Solusi Atasi Polusi Jakarta

WFH bisa berdampak positif pada pengurangan polusi udara.

Red: Lida Puspaningtyas
Kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada diangka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek serta ondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespon kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan Gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada diangka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek serta ondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespon kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan Gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Ellen Tangkudung, menilai bahwa pembenahan sektor transportasi menjadi solusi mengatasi polusi udara di Jakarta.

"Menurut saya untuk mengurangi polusi udara itu hanya satu-satunya jalan adalah dari segi transportasi," ujar Ellen saat dihubungi ANTARA, Selasa (15/8/2023).

Menurut dia, polusi udara di Jakarta disebabkan oleh mobilitas dan emisi kendaraan bermotor. Oleh karena itu, solusi untuk mengurangi polusi udara adalah dengan membenahi sistem transportasi menuju lebih ramah lingkungan.

Ellen menjelaskan bahwa beberapa mekanisme telah diterapkan untuk mengatasi polusi udara, terutama dalam hal pengurangan emisi kendaraan.

Meskipun sudah ada aturan pengurangan emisi yang berlaku untuk DKI Jakarta, Ellen mengingatkan bahwa langkah-langkah ini harus diperluas hingga ke wilayah Jabodetabek, mengingat udara tidak mengenal batas administratif.

Salah satu langkah konkret yang ditekankan oleh Ellen adalah penerapan pengecekan emisi gas buang. Dia mengingatkan pentingnya mengikuti aturan yang telah ditetapkan untuk memastikan kendaraan tetap menjaga standar emisi yang diizinkan.

Dalam upayanya mengurangi polusi, Ellen juga menyoroti pentingnya mendorong penggunaan kendaraan listrik. Namun, dia menyadari bahwa harga kendaraan listrik masih menjadi hambatan bagi masyarakat.

Untuk itu, pemberian subsidi kendaraan listrik perlu didukung dengan persyaratan yang lebih mudah dan mekanisme yang lebih terjangkau.

Selain itu, Ellen menegaskan bahwa transportasi publik berbasis kendaraan listrik juga harus menjadi fokus utama. Dia mengapresiasi upaya Transjakarta dalam menghadirkan bus listrik. Namun, kata dia, peralihan kendaraan umum menjadi listrik juga harus dilakukan oleh moda transportasi angkutan umum lainnya.

"Tapi jangan hanya bus listrik, tapi juga Jaklingko, mikrotrans, itu juga listrik. Jadi maksud dan tujuan dari semua rencana induk transportasi yang dikembangkan di kegiatan-kegiatan DKI Jakarta ini harus menuju ke sana semuanya. termasuk penyediaan SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum)," kata dia.

Dalam kesempatan itu Ellen turut menyinggung mengenai mobilisasi masyarakat. Dia mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah membuktikan bahwa pengurangan mobilitas dapat memberikan dampak positif pada kualitas udara.

Ellen pun menilai bahwa wacana pemerintah untuk kembali menerapkan work from home (WFH) kepada para pegawai bisa berdampak positif pada pengurangan polusi udara di Jakarta.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa upaya untuk mengatasi masalah polusi udara di Jakarta juga harus melibatkan sektor angkutan barang. Dia mengatakan truk-truk pengangkut logistik turut menyumbang polusi udara di Jakarta.

"Itu banyak di jalan tol di Jakarta truk dengan kecepatan rendah, gas buangnya tinggi sekali. Bagaimana caranya supaya angkutan barang di Jakarta ini bukan hanya diangkut oleh kendaraan roda empat atau lebih, tapi juga ada mekanisme pengangkutan angkutan barang logistik dengan kereta. Jadi dialihkan karena kereta itu cukup banyak, kapasitas besar," ucap dia.

Ellen menilai apabila mekanisme-mekanisme tersebut dijalankan disertai dengan kesadaran bersama dan dukungan dari berbagai pihak, polusi udara di Jakarta bisa berangsur berkurang.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”

(QS. Al-A'raf ayat 143)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement