Selasa 15 Aug 2023 23:04 WIB

IDAI: Masker Bantu Lindungi Anak dari Polusi, Masker Jenis Apa?

Saat ini banyak anak terkena batuk dan pilek tidak kunjung sembuh.

Orang tua memakaikan anaknya masker (ilustrasi). Masker dinilai mampu membantu melindungi anak dari dampak polusi, khususnya di Jakarta yang belakangan memasuki kategori tidak sehat.
Foto: www.freepik.com
Orang tua memakaikan anaknya masker (ilustrasi). Masker dinilai mampu membantu melindungi anak dari dampak polusi, khususnya di Jakarta yang belakangan memasuki kategori tidak sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masker dinilai mampu membantu melindungi anak dari dampak polusi, khususnya di Jakarta yang belakangan memasuki kategori udara tidak sehat. Hal itu disampaikan pakar kesehatan anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Bernie Endyarni Medise, SpA (K) MPH.

"Bukan masker yang kayak dulu, tetapi masker untuk hindari polusi. Kan partikelnya lebih besar, kalau virus kan partikelnya kecil sehingga menggunakan masker yang khusus," kata dia dalam acara yang digelar untuk memperingati Hari Anak Nasional, di Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Baca Juga

Bernie mengatakan, saat ini banyak anak terkena batuk dan pilek tidak kunjung sembuh, tapi tanpa demam, mengarah ke alergi karena polutan. Selain masker, dia juga menyarankan anak sebisa mungkin tidak terlalu banyak mengunjungi daerah-daerah dengan kategori tingkat polusi yang tinggi. Kemudian, anak-anak juga disarankan tercukupi kebutuhan gizinya, cukup istirahat, serta mendapatkan stimulasi demi perkembangannya.

"Tetapi memang anak butuh outdoor, jadi kita gunakan masker jadi salah satu cara. Stimulasi harus terus dilakukan supaya dia bisa berkembang, kasih sayang jangan sampai terlewat," kata dia.

Bernie juga menyarankan agar anak-anak dilengkapi imunisasinya. Menurut dia, rata-rata penyakit seperti tetanus dan difteri bisa dicegah dengan imunisasi sehingga program imunisasi sangat penting.

"Kita sudah ada beberapa vaksin yang tersedia dan bahkan disediakan gratis oleh Pemerintah. Kalau bisa orangtua jangan sampai skip. Kadang-kadang seperti tetanus, difteri, campak. Difteri itu mematikan, bisa menghambat saluran pernapasan sehingga anak bisa meninggal dunia," ujar dia.

Kemudian, terkait perlu tidaknya anak kembali menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ), Bernie berpendapat perlunya Pemerintah melihat dampaknya dalam jangka panjang. "Apa yang harus dilakukan supaya anak-anak bisa bersekolah. Jadi, mungkin di situ perlunya kebijakan pemerintah. Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi polusi," begitu kata Bernie.

Terkait penanganan batuk, dalam kesempatan berbeda, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan mereka yang batuk untuk banyak minum air karena air membantu mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan dan jalan napas menjadi bersih. Apabila pasien batuk ingin mengonsumsi obat maka sebaiknya pilih sesuai kebutuhan mengingat obat batuk yang dijual bebas terdiri atas tiga jenis yakni pengencer dahak (mukolitik), pengeluar dahak (ekspektoran) dan penekan batuk kering (antitusif).

"Kalau dahak berwarna kuning atau hijau maka itu menunjukkan adanya tanda radang atau infeksi. Kalau batuk disertai keluhan sesak, atau setidaknya napas berat, maka mungkin diperlukan pelega napas (bronkodilator). Kalau keluhan batuk berkepanjangan maka segera berkonsultasi ke petugas kesehatan," demikian saran Tjandra.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement