REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat mode dari Indonesian Fashion Chamber (IFC) Lisa Fitria memilih baju adat terbaik yang Presiden Joko Widodo kenakan dalam Sidang Tahunan MPR setidaknya dalam tiga tahun terakhir, yakni Jamang Samsang. Busana yang didominasi warna hitam ini berasal dari suku Baduy luar yang bermukim di kaki Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten, Jawa Barat.
"Pada waktu pandemi, memilih busana Baduy menurutku cerdas sekali, bahwa 'Yuk kita memang lagi berduka, kita harus kembali lagi ke alam'," kata dia saat dihubungi, Rabu (16/8/2023).
Busana adat tersebut dikenakan Presiden kala menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2021. Kala itu Indonesia dan dunia masih berada dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Aku paling berkesan waktu pandemi COVID-19, beliau memutuskan untuk memakai baju adat Baduy. Itu benar-benar unpredictable karena biasanya adat di pelosok negeri penuh dengan kemewahan atau glamoritas yang menonjolkan daerahnya masing-masing," kata Lisa.
Dia menangkap kesan sederhana dan harapan Presiden agar masyarakat Indonesia mencontoh masyarakat Baduy yang menghargai alam dan budayanya.
Lisa berpendapat masyarakat suku Baduy terutama Baduy dalam, sangat lekat dengan alam dan tidak ingin menerapkan budaya dari luar. Ini, sambung dia, sekaligus mengingatkan masyarakat untuk kembali ke alam dan prihatin dengan kondisi pandemi.
Selain itu, Presiden juga ingin masyarakat kembali mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan menghidupkan sisi spiritual yang mungkin sedikit terpinggirkan di masa setahun pandemi COVID-19.
Kesan sederhana namun juga ikonik juga terlihat saat Presiden mengenakan busana adat Tanimbar asal Provinsi Maluku dalam Sidang Tahunan MPR tahun ini.
"Yang langsung terlihat, walaupun simpel tetapi memang ikonik karena baju adat Tanimbar ini secara keseluruhan memang lumayan heboh kalau lihat secara utuh. Hanya bapak tidak memakai secara utuh, tidak keseluruhan pakaian adat," kata Lisa.
Presiden memakai celana panjang hitam sebagai bawahan, kemudian atasan berupa kemeja putih panjang dengan selendang berupa kain tenun, kalung berwarna emas, kain penutup kepala berhiaskan bulu burung Cenderawasih yang dikeringkan serta kain tenun yang diikat di pinggang.
"Yang dipakai bapak adalah statement beliau sebagai seorang pemimpin yang berani, pahlawan dan prajurit yang melambangkan kebesaran beliau," ujar Lisa.
Dia juga menangkap pesan tentang sikap hati-hati melalui pemilihan motif kain tenun dengan ciri khas anak panah tunggal dan kembar. Pada masyarakat Tanimbar, motif yang disebut Tunis ini mengibaratkan kesiapan mental masyarakat yang selalu berhati-hati.
Bila dikaitkan dengan....