REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada bulan Juni lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan menggunakan rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat. Dikutip dari Business Inside, Rabu (8/16/2023), Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menamakan ICBM itu sebagai "Satan II."
Rudal itu dirancang untuk menggantikan rudal R-36M2 Voyevoda era Soviet yang sudah tua. Sarmat jauh lebih besar dan lebih kuat dari Voyevoda dan mampu membawa hingga 10 hulu ledak nuklir.
VICE News melaporkan Sarmat memiliki panjang sekitar 112 kaki dan berat lebih dari 211 ton. ICBM itu menggunakan bahan bakar cair mampu membawa lebih dari selusin hulu ledak nuklir yang dapat menghancurkan seluruh kota.
"Hulu ledak itu dikenal sebagai Multiple Independently Targetable Re-Entry Vehicles (MIRVs), yang berarti dapat dikirim untuk menyerang target yang berbeda sekaligus," tulis Business Insider.
Sarmat juga dirancang untuk jauh lebih sulit untuk dihalau dibanding Voyevoda. Rudal ini dapat terbang dengan kecepatan hipersonik dan bermanuver dengan cara yang tidak terduga, sehingga sangat sulit bagi sistem anti-rudal balistik untuk melacak dan menghancurkannya.
Sarmat merupakan terobosan signifikan dalam teknologi senjata nuklir Rusia. Rudal ini jauh lebih kuat dibanding Voyevoda, dan memberikan Rusia keunggulan strategis yang signifikan.
Sarmat jauh lebih besar daripada Voyevoda. Panjangnya 30 meter dan diameternya 3 meter. Ukurannya membuat ICBM ini sulit untuk disembunyikan dan diangkut.
Namun, Sarmat dapat membawa hingga 10 hulu ledak nuklir. Di atas rata-rata ICBM mana pun di dunia.
Sarmat juga memiliki jangkauan lebih dari 10 ribu kilometer yang artinya rudal ini dapat mencapai target di mana saja di dunia. Selain itu Sarmat juga dapat terbang dengan kecepatan hipersonik hingga 20 Mach hingga sangat sulit untuk dihalau.
Pertahanan udara atau sistem-anti rudal musuh juga akan sulit mengintersepsi ICBM ini karena Sarmat dapat dapat bermanuver dengan cara yang tidak terduga.
Kabarnya Sarmat mulai beroperasi di militer Rusia pada awal tahun 2020-an. ICBM ini telah menjadi subjek banyak kontroversi.
Beberapa ahli pakar menilai Sarmat merupakan senjata yang tidak stabil yang dapat menyebabkan perlombaan senjata. Sementara yang lain berpendapat Sarmat diperlukan bagi Rusia untuk sebagai langkah deterensi.
Sarmat mungkin salah satu ICBM terkuat di dunia tapi Rusia juga memiliki banyak senjata nuklir lainnya, seperti rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, atau rudal jelajah yang diluncurkan dari udara.