Kamis 17 Aug 2023 07:01 WIB

Kesenjangan Ekonomi Masih Besar, Muhammadiyah Perkuat Basis Ekonomi untuk Umat

Muhammadiyah melalui tokohnya, banyak yang lahir dari basis kekuatan lokal wirausaha

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Budi Raharjo
Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan bangsa Indonesia beberapa hari ke depan akan melewati usia ke 78 tahun. Berbagai torehan pencapaian telah kita lihat dan rasakan, namun demikian sejumlah persoalan yang belum tuntas seperti di bidang ekonomi masih menjadi pekerjaan rumah. Apalagi, jika menilik jumlah rasio wirausaha atau entrepreneur yang tumbuh dalam beberapa waktu terakhir baru sekitar 3,47 persen atau sekitar 9 juta dari total jumlah penduduk menurut data BPS.

Kemudian jika angka tersebut kita bedah dalam perspektif berapa persentase jumlah pengusaha muslim, tentu angkanya makin kecil lagi. Masih kecilnya jumlah entrepreneur muslim menjadi pemikiran yang serius bagi Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

Menurut dia, saat ini umat Islam di Indonesia paling tertinggal di bidang ekonomi. Bahkan, masih sedikit entrepreneur atau wirausaha dari kalangan muslim yang menonjol dari segi kualitas.

"Pak Jusuf Kalla punya rumus kalau ada 100 pengusaha yang menonjol, dari 1-100 itu hanya sekitar 10 persen yang Muslim. Tapi kalau ada 100 orang miskin, 90 orang Muslim, kan kontras sekali," kata Haedar di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kabupaten Bantul, DIY, Selasa (15/8/2023).