Rabu 16 Aug 2023 17:06 WIB

Laskar Islam Pejuang Kemerdekaan: Dari Doa Kebal Hingga Granggang Kiai Subchi Parakan

Kiai Subkhi Parakan juga merupakan penasihat spiritual Panglima Besar Sudirman.

KH Subkhi, Pengasuh Pesantren Bambu Runcing Tarakan, Temanggung.
Foto: dok. Istimewa
KH Subkhi, Pengasuh Pesantren Bambu Runcing Tarakan, Temanggung.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Fakta sejarah tak bisa bantah bahwa umat Islam adalah pejuang utama kemerdekaan. Apalagi bagi kalangan santri dan pesantren. Mereka di masa kolonial selalu punya girah menyala agar kolonial enyah dari Indonesia. Bahkan kaum Muslim teguh mengikuti sikap ulama yang tak mau sedikitpun mengecap 'manisnya hidup' dengan pihak kolonial. Mereka rela hidup miskin karena para ulama selama masa kolonial itu melakukan politik 'uzlah' (memisahkan diri) dengan penguasa penjajah.

Baca Juga

Tak hanya para santri pesantren saja,  para orang tua yang hidup di kampung-kampungg mereka terus mendorong agar putranya yang menuntut ilmu di pesantren ikut berjuaang menjaga laskar pejuang melawan tentata kolonial. Salah satu yang fenomenal pada masa perjuangan kemerdekaan itu adalah ketika kaum santri dari seluruh pelosok Jawa beramai-ramai membuat granggang atau bambu runcing. Di kawasan Jawa misalnya para santri sebagai bekal senjata perjuangannya akan membawanya ke sebuah pesantren berpengaruh di Temanggung yang kala itu di kenal diasuh oleh KH Moh Subkhi.

Bila nanti pesantren yang sudah dibuat akan dibawanya menghadap Kiai Sublhi untuk akan disuwukan (didoakan). Adanya fenomena itu, maka para kaum lelaki dari umat Islam berbondong-bondong pergi ke pesanstren itu. Akibatnya, stasiun kereta api Temanggung penumpang yang (kini sudah tidak beroperasi) kala itu selalu dijejalai penumpang yang turun dari kereta dengan membawa bambu runcing yang dibungkus dengan kain mori (kain putih), Dan tak hanya meminta suwuk untuk bambu runcingnya, para santri di antaranya tak lupa juga meminta agar tubuhnya kebal tusukan dan sabetan senjata tajam, hingga tak mempan bila  terkena terjangan peluru.

Dari kisah yang beredar dari orang tua yang merupakan para  mantan pejuang lasykar Hizbullah, ‘karomah' bambu runcing Kiai Subkhi mulai terkenal saat menjelang pertempuran Ambarawa. Pada suatu pagi, seusai mengajar santrinya, Kiai Subkhi langsung ke luar rumah pergi ke tengah halaman dan menodongkan bambu runcing ke arah pesawat pengebom belanda yang dikenal dengan sebutanan 'cocor merah' yang tengah melintas di atas pesantrennya.

Entah karena apa, akibat pesawat cocor merah diacungi bambu runcing dan teriakan 'Allahu Akbar' oleh Kiai Subkhi, sesaat kemudian pesawat oleng. Mesin pesawat kemudian mati dan pesawat meluncur jatuh ke area danau yang berada tak jauh dari kawasan itu yang dikenal dengan nama Rawa Pening, Pilotnya menyelematkan diri dengan cara keluar dari pesawat menggunakan kursi lontar yang dilengkapi parasut.

Lanjut pada halaman berikutnya..

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement