Rabu 16 Aug 2023 20:49 WIB

Didominasi Mahasiswa Muda, Rektor UT Sebut UT Siap Bersaing dengan Kampus Lain

Semester I 2023, 50,42 persen mahasiswa UT berada di bawah 25 tahun

Rep: Mabruroh/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat mengatakan mahasiswa baru di tahun 2023 ini didominasi oleh siswa-siswi lulusan SLTA dengan rentang usia di bawah 25 tahun. Tercatat di semester pertama tahun 2023 ini, mahasiswa dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 243.283 atau sekitar 50,42 persen.
Foto: dok Universitas Terbuka
Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat mengatakan mahasiswa baru di tahun 2023 ini didominasi oleh siswa-siswi lulusan SLTA dengan rentang usia di bawah 25 tahun. Tercatat di semester pertama tahun 2023 ini, mahasiswa dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 243.283 atau sekitar 50,42 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat mengatakan mahasiswa baru di tahun 2023 ini didominasi oleh siswa-siswi lulusan SLTA dengan rentang usia di bawah 25 tahun. Tercatat di semester pertama tahun 2023 ini, mahasiswa dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 243.283 atau sekitar 50,42 persen.

Menurutnya ini adalah sebuah gebrakan baru bagi Universitas Terbuka, di mana para mahasiswa sebelumnya justru didominasi oleh para pekerja atau mereka yang sudah senior. Karenanya, Prof Ojat merasa yakin bahwa ke depan UT akan mampu untuk bersaing dengan kampus-kampus lain di dalam negeri, dalam mencetak generasi muda yang berdaya guna bagi kemajuan Indonesia.

"Mudah-mudahan ini merupakan sinyal positif, kita semua punya keyakinan kalau UT sudah bisa dijadikan sebagai pilihan bagi anak-anak lulusan SLTA, maka pasti akan berpengaruh pada kelangsungan dan masa depan UT untuk ikut berkontribusi mencetak dari awal generasi muda Indonesia," kata Prof Ojat saat memberikan paparan laporan kinerja tahun 2022 di Kampus UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu (16/8/2023).

Jika melihat grafik tahunan 2017 hingga 2022 lanjut Prof Ojat, maka tidak muluk-muluk jika dirinya bersama jajarannya ingin mencanangkan angka partisipan yang lebih tinggi. Pada 2017 jumlah mahasiswa UT berkisar 354.757, lalu pada 2018 menjadi 370.353, 2019 menjadi 383.405, kemudian 2020 turun 378.754, lalu naik lagi pada 2021 menjadi 402.235, dan 2022 mencapai 482.522, maka 2023 ini UT menargetkan jumlah mahasiswa akan mencapai 500 ribu orang.

"Kalau dilihat grafik tahunan dari 2017 sampai 2022, trennya sangat bagus dan insya Allah tahun 2023 kalau tidak ada kendala kita tahun ini sangat mencanangkan di mana jumlah mahasiswa kita bisa mencapai angka partisipasi sebanyak 500 ribu," kata Prof Ojat.

Prof Ojat juga menambahkan, bahwa pada saat rekrutmen CPNS 2019 lalu, lulusan UT justru menjadi penyumbang paling besar di antara lulusan universitas lain yang lolos CPNS. Menurutnya, ini pun menjadi sinyal positif bagi UT dan bahwa alumni-alumni UT mampu untuk bersaing dengan lulusan kampus lainnya di dalam negeri.

“UT sebanyak 9.436, urutan kedua dari UGM sekitar 3000, urutan ketiga dari UPI Bandung. Artinya apa?  Ini adalah indikator bahwa lulusan UT sudah mampu berkompetisi, bersaing dengan perguruan tinggi lain. Ada yang bilang, ya wajar banyak keterima karena lulusannya paling banyak, saya jawab ‘walaupun lulusan banyak tapi kalau tidak mampu mengerjakan soal dengan baik, tidak mampu melewati tes dengan baik, pasti tidak akan lolos,” ujar Prof Ojat.

Di era di mana masyarakat semakin melek teknologi dan informasi, tambah prof Ojat, UT ingin kembali menegaskan mandat yang diberikan oleh pemerintah sejak didirikannya UT 38 tahun yang lalu, yakni untuk menjangkau seluruh anak bangsa dari perkotaan hingga pelosok desa, dan pulau-pulau terpencil untuk bisa menikmati Pendidikan Tinggi.

"Kita mendapatkan mandat penting, hak untuk mendapatkan pendidikan tinggi bukan hanya untuk mereka yang secara akademisi tinggal di perkotaan tapi juga pendidikan tinggi harus hadir bagi seluruh anggota masyarakat, baik mereka yang tidak mampu atau kurang mampu, termasuk mereka yang ada di daerah terpencil. UT harus hadir bagi semua anak bangsa yang tinggal di atas bukit, puncak gunung, di pulau terpencil. Ini mandat yang harus kita realisasikan,” papar Ojat.

“Masyarakat bisa belajar dari jarak jauh dengan cara belajar yang pastinya lebih fleksibel, berkualitas, dan semua itu ada di Universitas Terbuka. Mereka punya kesempatan untuk meraih impiannya,” kata Ojat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement