REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah badan amal di Inggris meminta para produsen sereal dan yogurt yang produknya sarat pemanis buatan tidak memakai kemasan, yang bisa membuat anak-anak tertarik. Pasalnya, dampak kesehatan dari konsumsi produk tersebut bagi anak tidak main-main.
Seruan itu disampaikan oleh badan amal Action on Sugar yang dibentuk pada 2014 oleh sekelompok spesialis yang menyoroti konsumsi gula dan dampaknya terhadap kesehatan. Kelompok yang berbasis di Queen Mary University of London itu juga menggagas studi soal kandungan gula di produk sereal dan yogurt.
Dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (17/8/2023), studi menganalisis 133 produk sereal dan 73 produk yogurt yang beredar di Inggris. Hasilnya, hanya sembilan produk sereal dan enam produk yogurt yang terpantau rendah gula, serta hanya empat sereal yang rendah gula dan garam.
Mengonsumsi produk yang mengandung gula dalam jumlah tinggi bisa berdampak buruk untuk kesehatan anak. Berdasarkan studi, ditemukan 47 persen sereal dan 65 persen yogurt mengandung sepertiga dari asupan gula maksimum harian yang direkomendasikan untuk anak usia empat hingga enam tahun.
Salah satu merek sereal mengandung 28,5 gram gula per 100 gram, sama dengan 8,6 gram gula atau dua sendok teh per sajian. Salah satu yogurt yang disurvei mengandung 14,6 gram gula per 100 gram, sama dengan 15,6 gram gula atau empat sendok teh gula per sajian.
Jika anak terus mengonsumsinya secara berlebihan, itu akan melebihi jumlah gula yang disarankan. Sementara, pakar merekomendasikan anak usia empat hingga enam tahun mengonsumsi tidak lebih dari 19 gram gula setiap hari, yang setara dengan lima sendok teh.
Di sisi lain, banyak produk itu sengaja dipasarkan umtuk menggaet anak-anak. Ketua Action on Sugar, Graham MacGregor, mengimbau perusahaan menghapus karakter kartun, elemen animasi, dan warna-warna cerah dari produk yang kandungan gula, garam, atau lemak jenuhnya masuk kategori tinggi atau sedang.
"Perubahan drastis diperlukan pada sistem pangan dan itu termasuk pemasaran makanan dan minuman yang bertanggung jawab, terutama untuk anak-anak," kata McGregor yang merupakan profesor kedokteran kardiovaskular di Queen Mary University of London.
Action on Sugar menyoroti, belum ada aturan khusus yang mengatur daya tarik visual dan desain kemasan yang memengaruhi preferensi makan anak-anak. Taktik pemasaran dari perusahaan itu dinilai akan merugikan seluruh generasi jika terus dibiarkan.
Pemimpin kampanye di Action on Sugar, Kawther Hashem, menyoroti bahwa memang ada pengurangan kandungan gula di produk sereal dan yogurt selama beberapa tahun belakangan. Sayangnya, masih banyak pula produk dengan jumlah gula yang berlebihan memiliki visual kemasan yang menarik perhatian anak serta dikonsumsi secara teratur oleh anak-anak.
"Mengingat melonjaknya jumlah anak di bawah 18 tahun yang mengidap masalah kesehatan terkait berat badan dan kerusakan gigi menjadi penyebab utama rawat inap anak, sekarang saatnya perusahaan menghilangkan kemasan yang menarik anak dari produk yang bisa membuat anak tidak sehat," ujar Hashem.
Ahli gizi di Action on Sugar, Zoe Davies, menyatakan tidak ada alasan mengapa produk dengan kadar garam serta gula yang tinggi atau sedang harus dipasarkan sebagai produk yang 'cocok untuk anak-anak'. Strategi pemasaran demikian disebutnya harus segera dihentikan.
"Jika ingin melindungi kesehatan generasi masa depan, maka tindakan berani sekarang diperlukan, baik dari pemerintah maupun perusahaan, dan ini harus menyertakan kemasan ramah anak yang hanya ditempatkan pada produk yang lebih sehat," ucap Davies.
Sebagai ganti konsumsi produk kemasan, anak-anak dan prang dewasa disarankan untuk menyantap makanan seimbang setiap hari. Itu termasuk kombinasi karbohidrat, buah, sayuran, protein, lemak, serta memenuhi kebutuhan cairan tubuh.