Kamis 17 Aug 2023 10:07 WIB

Alfatihah pada Bung Hatta Proklamator Bangsa yang Hidup Zuhud pada Kekuasaan!

Sosok kesederhanaan Bung Hatta yang semakin langka ditemukan.

Red: Muhammad Subarkah
Bung Hatta menyambut kedatangan pasukan Siliwangi yang datang dari bandung di Stasiun kereta api Jogjakarta.
Foto: istinewa
Bung Hatta menyambut kedatangan pasukan Siliwangi yang datang dari bandung di Stasiun kereta api Jogjakarta.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Sebagai cucu ulama besar, Bung Hatta jelas paham mengenai apa yang dimaksud dengan istilah wara dan zuhud kepada dunia termasuk kekuasaan. Dua istilah ini sangat dikenal di dunia sufi atau tarikat serta dipakai untuk menyebut sebuah pribadi insan yang saleh secara pribadi dan soal, tidak tergila-gila gemerlap dunia, dan hidup sederhana.

Hal ini biasanya merujuk kepada kehidupan Nabi Muhammad SAW yang jauh dari suasana gemerlap. Rumah nabi di Madinah hanya berukuran 3 x 4 (seluas kamar kontrakan di Jakarta), hanya punya dua pasang pakaian, tidur dengan dipan pelepah kurma, kerap tak punya makanan atau meneruskan berpuasa setelah sebelumnya berbuka dengan tiga butir kurma dan meminum air putih, tak mengenakan perhiasan emas dan sutra (Rasul hanya memakai cincin besi dan berpakaian dari kain kasar), serta hanya memakan gandum olahan yang juga kasar.

Nah, dalam kehidupan nyata, kebiasaan pengikut tarikat seperti itu dijadikan acuan oleh Bung Hatta. Jejak sosok dari sang kakek menitis pada dirinya. Hingga wafat, tak ada skandal yang pernah dia lakukan. Tak ada uang negara yang dipakai tanpa hak. Bahkan, saking hati-hatinya, Hatta kerap harus menabung bila ingin membeli sesuatu, seperti keinginannya membeli sepatu Bally yang saat itu merupakan sepatu favorit dan berharga mahal.