Kamis 17 Aug 2023 14:45 WIB

BMKG: Gempa Magnitudo 5,7 di Banten tak Berpotensi Tsunami

Meski tak berpotensi tsunami, warga setempat diminta tetap waspada.

Red: Qommarria Rostanti
Gempa (ilustrasi) Gempa yang terjadi di Banten hari ini diprediksi BMKG tidak menyebabkan tsunami.
Foto: Reuters
Gempa (ilustrasi) Gempa yang terjadi di Banten hari ini diprediksi BMKG tidak menyebabkan tsunami.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa berkekuatan magnitudo 5,7 di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa, Pandeglang, Banten, pada pukul 11.28 WIB, Kamis (17/8/2023) tidak berpotensi tsunami. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologo dan Geofisika (BMKG) Daryono.

“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” kata Daryono dalam keterangan di Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Episenter gempa bumi tersebut terletak pada koordinat 7,69 Lintang Selatan (LS) dan 105,34 Bujur Timur (BT) atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer arah Barat Daya Muarabinuangeun, Banten, pada kedalaman 50 kilometer. BMKG menyebutkan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, maka gempa bumi tersebut berjenis dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam slab lempeng Indo-Australia atau intraslab yang tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia.

Hasil analisis mekanisme sumber pun menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust). Menurut BMKG, gempa bumi berdampak dan dirasakan di daerah Bandung dengan skala intensitas II-III MMI yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah dengan getaran terasa seakan-akan truk sedang berlalu.

Gempa juga dirasakan oleh masyarakat Cikembar dan Bogor dengan skala intensitas II MMI yaitu getaran dirasakan oleh beberapa orang dengan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. “Hingga pukul 11.50 WIB, hasil pantauan BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock,” ujar Daryono.

Meski demikian ia mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diminta untuk menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa sekaligus memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa.

“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa maupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah,” kata Daryono.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement