Kamis 17 Aug 2023 20:43 WIB

Begini Harapan Ponpes Al Mukmin Ngruki di Pemilu 2024 

Ponpes Al Mukmin Ngruki berharap tak ada polarisasi.

Rep: C02/ Red: Muhammad Hafil
Suasana upacara peringatan kemerdekaan Indonesia ke-78 di pondok Al Mukmin Ngruki, Kamis (17/8/2023).
Foto: Republika/Muhammad Noor Alfian
Suasana upacara peringatan kemerdekaan Indonesia ke-78 di pondok Al Mukmin Ngruki, Kamis (17/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,SUKOHARJO–Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Grogol, berharap pemilu 2024 mendatang berjalan dengan lancar dan damai. 

Hal tersebut diungkapkan oleh putra Abu Bakar Baasyir, Abdul Rochim, usai upacara kemerdekaan kedua pada HUT ke-78, Kamis (17/8/2023)." Kita berharap pemilu berjalan lancar, dengan damai," katanya. 

Baca Juga

Pihaknya juga berharap tak ada lagi polarisasi di Pemilu 2024 mendatang. Pasalnya setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menentukan pemimpinnya. 

"Tidak ada lagi polarisasi atas pilihan pilihan dari masing masing pemilih karena seluruh warga punya hak untuk memilih siapapun yang diyakini untuk menjadi pemimpinnya," katanya. 

Pihaknya juga menekankan agar di pemilu mendatang setiap pihak saling menghormati satu dan lainnya. Ia juga berharap tak ada politik yang memecah belah yang digunakan selama kampanye. 

"Dan harus saling menghormati tidak boleh memecah belah mengakibatkan kerugian pada kita sendiri nantinya, kalau pecah belah terus yang kita lakukan dan polarisasi kita pelihara yang rugi kita sendiri," katanya. 

"Oleh karena itu kesatuan dan kesepahaman bahwa siapa pun mau memilih siapa pun maka harus kita hormati," katanya mengakhiri. 

Sementara itu, Farid Makruf (83) selaku inspektur upacara mengatakan soal  persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Apalagi saat ini memasuki tahun politik, jadi harus dihilangkan perbedaan-perbedaan yang menjadi pemecah persatuan.

"Indonesia itu tidak akan bisa merdeka kalau tidak bersatu dan tidak maju kalau tidak bersatu. Harus, kita ini kan banyak macamnya, sukunya sekitar 700-an, jadi harus bersatu tinggal bagaimana kita mengisi kemerdekaan ini," katanya. 

"Kita perlu saling menghargai sisi perbedaan bukan beda untuk bercerai, tapi beda untuk bisa dikelola sebagai potensi sangat berguna dan bermanfaat untuk bangsa ini di usia ke-78," katanya. 

Menurutnya pemimpin yang baik itu adalah yang amanah. Tentu kalau sudah amanah ini kaitannya kepada persatuan, menghargai orang lain.

"Kalau tidak menghargai orang lain itu namanya tidak amanah," katanya mengakhiri.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement