REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengadilan banding federal menghidupkan kembali gugatan yang menuduh Mesa Air Group melakukan profiling rasial terhadap dua pria Muslim dari Texas. Ketika itu, pilot membatalkan penerbangan karena menganggap dua pria Muslim ini mencurigakan.
Pengadilan Banding Sirkuit AS ke-5 pada Rabu (16/8/2023) mengatakan, Issam Abdallah dan Abderraouf Alkhawaldeh yang merupakan warga negara Amerika Serikat (AS), dapat memberikan bukti-bukti bahwa Mesa melanggar undang-undang hak sipil federal dengan memperlakukan mereka secara berbeda.
Dalam keputusan 3-0, pengadilan banding yang berbasis di New Orleans tidak menemukan apa pun yang sangat mencurigakan tentang penggugat, sehingga menghilangkan kemungkinan bahwa Mesa Air memperlakukan mereka secara berbeda berdasarkan ras. Keputusan itu juga menolak temuan hakim pengadilan bahwa tidak ada perlakuan berbeda karena semua penumpang dibatalkan penerbangannya.
"Apakah pemberi kerja menghindari tanggung jawab jika itu hanya memulai pembekuan perekrutan setiap kali seorang pria kulit hitam menambahkan namanya ke kumpulan pelamar? Bisakah sekolah memecat seorang karyawan wanita asalkan memecat seorang karyawan pria juga? Mahkamah Agung memberitahu kita bahwa jawabannya adalah tidak," ujar Hakim Sirkuit, Jerry Smith.
Smith mengatakan, Mesa Air yang berbasis di Phoenix tidak dibebaskan karena aturan tiketnya memberikan keleluasaan luas untuk membatalkan penerbangan. Kasus tersebut dikembalikan ke Hakim Distrik AS, Reed O'Connor di Fort Worth, Texas.
Dua pria Muslim itu diwakili oleh pengacara dari Dewan nirlaba untuk hubungan Amerika-Islam. Salah satu pengacara mereka, Hannah Mullen mengatakan, kliennya diawasi dan dianggap sebagai ancaman karena ras mereka. Dia berharap dapat membawa kasus ini ke juri.
"Issam dan Abderraouf diprofilkan, diawasi, dan dianggap sebagai ancaman hanya karena ras mereka. (Kami) berharap untuk membawa kasus ini ke juri," ujar Mullen.
Kedua pria Muslim itu mengatakan, mereka kembali ke Dallas dari Birmingham, Alabama pada 14 September 2019 dengan menggunakan maskapai penerbangan Mesa Air. Ketika itu, pilot Mesa Air yang berasal dari negara Eritrea di Afrika Timur, membatalkan penerbangan karena ada penumpang dua pria Muslim beretnis Arab Mediterania.
Pilot mengatakan kepada petugas keamanan bahwa dia menolak untuk menerbangkan pesawat karena ada seorang penumpang laki-laki bernama Issam. Mesa Air kemudian menjadwalkan penerbangan ulang kepada kedua pria Abdallah dan Alkhawaldeh pada jam berikutnya.