REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan pada tahun depan. Hal ini terlihat pada nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan yang ditarget sebesar 105-108 dan 107-110 pada 2024.
"Fokus terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan juga terus diupayakan yang tercermin dalam peningkatan target indikator NTP dan NTN hingga masing-masing mencapai 105–108 dan 107–110," tulis pemerintah seperti dikutip dari Berdasarkan Buku II Nota Keuangan.
Selain itu, pemerintah juga berharap adanya peningkatan sasaran dan indikator pembangunan pada tahun depan. Adapun tingkat pengangguran diharapkan akan menurun 5,0–5,7 persen, seiring dengan meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, dan kualitas kinerja perekonomian nasional.
"Hal tersebut juga diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat menurunkan kemiskinan ke level 6,5– 7,5 persen dan rasio gini ke level 0,374– 0,377," tulisnya.
Selain itu, perbaikan kualitas dan daya saing sumber daya manusia juga ditargetkan terus membaik dan meningkat, dengan IPM berada kisaran 73,99–74,02.
Fokus terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan juga terus diupayakan yang tercermin dalam peningkatan target indikator nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan masing-masing 105–108 dan 107–110.
Salah satu industri pertanian, PT Pemalang Agro Sejahtera Indonesia mendorong kesejahteraan petani, salah satunya memberikan binaan kepada petani tak lagi membakar jerami sisa panen.
General Manager Pemalang Agro Sejahtera Indonesia, Heru Subekti mengatakan perusahaan mengedukasi petani binaannya dengan teknik pengomposan limbah jerami di dalam lahan (insitu) dengan menggunakan produk Biodekomposer Petrogladiator milik Pupuk Indonesia Group.
Adapun edukasi teknik pengomposan limbah jerami ini diberikan kepada kelompok tani di Desa Jebed Utara, Selatan, dan Desa Pedurungan, Pemalang, Jawa Tengah.
“Sesuai dengan tagline kami yaitu lahan sehat perjalanan selamat, kami akan memanfaatkan program ini untuk mengompos limbah pertanian. Dengan teknik ini juga secara langsung kami dapat memperbaiki kualitas unsur hara tanah agar menghasilkan pertanian berkelanjutan,” ujarnya.
Pada tahap awal, Heru menjelaskan program edukasi ini akan diikuti oleh 40 petani dengan luas lahan 23 hektar. Seluruh petani ini akan menerima bantuan sarana produksi pertanian (saprodi) berupa 300 kilogram per hektar pupuk jenis NPK custom dan 20 liter per hektare biodekomposer dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Jasa Raharja.
“Kami melihat jerami sebagai potensi bukan limbah yang harus dibakar, oleh karenanya praktik pembakaran harus mulai dicegah agar tanah sawah tidak semakin rusak,” ucapnya.
Program pengomposan jerami di dalam lahan ini diberi nama Jalan Dambaan, yang merupakan akronim dari Dampak Baik Berkelanjutan. Sedangkan tagline kegiatan ini yakni Lahan Sehat, Perjalanan Selamat.
Dambaan kali ini merupakan program kolaborasi dengan banyak pihak. Mulai Pemerintah Desa Jebed, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Kujang, PT Jasa Raharja, Satlantas Polres Pemalang, hingga PT Pemalang Agro Sejahtera Indonesia.
Jalan Dambaan juga menggandeng Program Makmur sebagai salah satu ekosistem yang bertujuan memudahkan petani dalam bertani dari hulu sampai hilir.
“Selanjutnya, diharapkan para petani Dambaan ini, dapat langgeng dan bergabung dalam program Makmur agar akses mudah mendapatkan pupuk berkualitas dan pembiayaan yang ramah sekaligus jaminan off taker di musim panen,” kata dia.
“Antusiasme petani dalam program ini cukup baik. Saya berharap semoga saja program ini sesuai namanya yaitu Dampak Baik Berkelanjutan. Terlebih panjang ruas tol Trans Jawa 615 km,” ujarnya.