REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tren kafe kucing global akhirnya sampai ke Jalur Gaza yang terkepung. Tempat orang membayar untuk minum kopi dan bergaul dengan kucing ini menjadi alternatif baru untuk warga yang berusaha melarikan diri dari masalah wilayah itu.
Penduduk di kantong Palestina yang dijalankan oleh Hamas ini berbondong-bondong mengunjungi Kafe Meow yang baru saja dibuka pada Kamis (17/8/2023). Pendiri kafe, Naema Mabed, mengatakan dia membayangkan tempat itu sebagai pelarian unik dari tekanan hidup di Gaza.
Gaza dinilai kekurangan pilihan rekreasi, tingkat pengangguran kaum muda lebih dari 60 persen, dan konflik yang sering terjadi. Wilayah ini pun telah dilumpuhkan oleh blokade selama 17 tahun. Mendirikan tempat nongkrong yang nyaman, Mabed menawarkan layanan minuman sederhana dan mendorong para tamu untuk langsung menuju pojok agar bisa membelai dan bermain dengan teman-teman berbulu.
Aturan masuknya sederhana: Pengunjung harus menutupi sepatu mereka dengan plastik dan mencuci tangan sebelum memeluk kucing. “Saya telah menghabiskan hidup saya memelihara kucing, dan mereka adalah sumber kegembiraan dan ketenangan, pelepasan tekanan,” kata perempuan berusia 56 tahun itu saat kucing berkeliaran di sekitarnya.
Mabaed menggambarkan komuni kucing sebagai "anti-depresan global". Pelanggannya tampaknya setuju. Mereka tampak bersemangat saat bermain dan bersantai dengan 10 kucing, termasuk beberapa bernama Tom, Dot, Simba dan Phoenix. Beberapa tamu diam saat berada dalam lingkungan kucing yang menenangkan. Meski pengunjung bisa bermain langsung, kucing-kucing itu tidak bisa diadopsi.
“Rasanya, sejujurnya, Anda baru saja merasakan kenyamanan psikologis dari kucing-kucing itu. Semuanya indah!” kata Eman Omar yang telah membayar biaya masuk sebesar lima syikal Israel untuk menghabiskan setengah jam meringkuk dengan kucing.
Para ahli mengatakan, bahwa kafe tersebut tidak hanya memanjakan para penggila kucing dan memberi pengunjung kesempatan untuk berswafoto. Psikolog Bahzad al-Akhras mengatakan, di tempat-tempat seperti Gaza, surga seperti itu dapat berfungsi sebagai terapi bagi mereka yang terluka akibat perang yang menghancurkan dan kesulitan lainnya.
“Setiap tempat yang menyediakan manusia semacam interaksi dengan hewan memiliki dampak psikologis yang positif,” kata al-Akhras.
Tidak mudah bagi Mabed untuk membawa tren kafe kucing ke Gaza. Membuka toko di daerah kantong menghadirkan berbagai tantangan, tidak hanya finansial.
Gagasan membayar untuk bergaul dengan kucing ketika kucing liar berkeliaran bebas di jalan-jalan Kota Gaza setiap hari dianggap konyol oleh beberapa penduduk. Namun bagi pecinta kucing yang menghadapi pembatasan perjalanan karena blokade Israel-Mesir dan mungkin tidak mengalami tren yang sangat populer di tempat lain, pengalaman itu benar-benar menyenangkan.