REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) perhatian terhadap atlet berprestasi bisa dibilang luar biasa. Selain jumlah bonus dari pemerintah pusat yang cukup besar, ada juga tawaran menjadi pegawai negeri sipil (PNS) bagi peraih medali emas mulai level SEA Games ke atas.
Hal ini berbeda dengan yang dialami atlet pendahulunya. Tidak sedikit mantan atlet yang dulu berprestasi pada masa jayanya, kini di masa tuanya hidup serba kekurangan. Salah satunya adalah mantan petinju nasional, Pino Bahari.
Pemilik nama lengkap Pino Jeffta Udayana Bahari tercatat sebagai satu-satunya petinju amatir Indonesia yang meraih medali emas di ajang Asian Games 1990 Beijing kelas Middleweight atau Menengah 75kg. Putra pelatih tinju Daniel Bahari ini menjadi salah satu petinju idola di era keemasannya.
Dalam setiap penampilan, Pino, panggilan akrabnya, terlihat sangat garang dalam melepaskan pukulan. Sejak bel berbunyi, ia selalu memaksa lawan bertarung dalam jarak pendek dan siap melayani adu pukulan.
Kegarangan Pino di atas ring sudah tidak terlihat lagi. Kini ia terlihat sangat sopan. Perubahan itu terjadi akibat kerasnya kehidupan yang harus dijalani Pino Bahari usai pandemi Covid-19 melanda.
Kini, Pino yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan hanya mengandalkan profesi sebagai pelatih di sasana tinju miliknya Cakti Bali harus bantig stir. Dia menekuni profesi driver taxi online.
"Bisnis sasana tinju sepi setelah pandemi Covid-19. Penghasilan dari melatih tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Karena Bali daerah wisata jadi pekerjaaan yang cepat didapat jadi driver mobil online," kata ayah dua anak ini dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (18/8/2023).
Ketika Republika.co.id mengkonfirmasi secara langsung via telpon, Jumat (18/8/2023), Pino membernarkan saat ini memang masih terdaftar sebagai driver online. "Saat ini masih jadi driver online dan berusaha mencari kerjaan. Awalnya memang agak gengsi menjalani profesi ini. Namun tuntutan ekonomi rasa itu saya singkirkan."