Jumat 18 Aug 2023 21:00 WIB

BMKG Sebut Zona Megathrust di Yogyakarta Hanya Potensi, Bukan Prediksi

BMKG sebut zona megathrust di Yogyakarta hanya potensi, bukan prediksi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bilal Ramadhan
Warga mengikuti simulasi bencana gempa bumi oleh Tim Urban SAR DIY. BMKG sebut zona megathrust di Yogyakarta hanya potensi, bukan prediksi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga mengikuti simulasi bencana gempa bumi oleh Tim Urban SAR DIY. BMKG sebut zona megathrust di Yogyakarta hanya potensi, bukan prediksi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wilayah pesisir selatan DIY berada pada jalur subduksi akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang membentang dari barat Sumatera hingga Pulau Timor. Jalur ini dikenal dengan zona megathrust.

BMKG DIY menyebut, tata letak tersebut yang membuat DIY berpotensi mengalami kejadian gempa berkekuatan hingga magnitudo 8,7 dan berpotensi tsunami. Meski begitu, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad menegaskan, informasi BMKG yang menyatakan sisi selatan DIY berpotensi terjadi megathrust hingga magnitudo 8,7 dan bisa menimbulkan tsunami setinggi lebih dari 3 meter hanyalah potensi.

Baca Juga

Menurut dia, bencana alam seperti gempa tetaplah menjadi bencana yang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. “Yang disampaikan BMKG itu potensi, baru hasil kajian, bukan prediksi, karena tidak ada yang bisa memastikan kapan itu akan terjadi. Apa besok, atau tahun depan, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, atau 30 tahun lagi. Memang dari hasil kajian, ada siklus 100 tahunan yang maju mundurnya bisa terjadi di tahun 2023, tapi tetap tidak dipastikan,” kata Noviar belum lama ini.

Noviar menyebut, selama ini DIY juga sering mengalami gempa-gempa kecil. Hal ini tentu baik, karena membuat lempengan tektonik dapat mengeluarkan energi sedikit demi sedikit, sehingga potensi gempa dengan kekuatan besar semakin berkurang.