Jumat 18 Aug 2023 21:26 WIB

Elektabilitas Anies Pernah Naik, Tapi Kini Turun, Ini Penjelasan Burhanuddin Muhtadi

Indikator hari ini merilis hasil survei terbarunya terkait elektabilitas capres.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indikator Politik Indonesia pada Jumat (18/8/2023), merilis hasil survei terkait Tren Elektabilitas Capres dan Partai Politik Jelang Pemilu 2024. Dalam survei tersebut, elektabilitas bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan pernah mengalami peningkatan paling besar pasca-pencapresannya oleh Nasdem awal 2022, tapi kemudian trennya menurun di 2023 ini.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, dalam beberapa bulan ini, tampak tidak banyak dinamika terhadap basis dukungan capres, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto relatif berimbang di posisi teratas. Secara statistik, basis Ganjar dan Prabowo tidak berbeda signifikan, tapi unggul signifikan dibanding Anies Baswedan.

Baca Juga

"Anies memang sempat meningkat dari Juni 2022 sebanyak 18,8 persen naik sedikit 20,2 persen pada November 2022. Tapi di 2023 ini menurun," ujarnya Jumat (18/8/2023).

Burhanudin mengatakan, saat ini tren data elektabilitas capres masih naik turun, fluktuatif dan dinamis. Ia pun mengibaratkan pilihan capres seperti iman. 

"Jadi, pilihan kepada capres ini seperti iman, ya. Kadang naik, kadang turun. Bayangkan Prabowo unggul 2020-2021, tapi disalip Ganjar di April 2022, sementara Anies yang konsisten pun sempat menyalip Prabowo di November 2022," tutur Burhanudin.

Bahkan, sambung dia, Anies sempat mengancam posisi Ganjar, selisihnya pun tidak terlalu signifikan di akhir 2022. "Tapi, ndilalah di sepanjang 2023 trennya memang turun untuk Anies dan sampai di Juli kemarin sedikit recover," terangnya.

Sementara Prabowo, meskipun sempat turun di akhir 2022 langsung tancap gas menyalip Anies di Februari 2023 dan sempat menyalip Ganjar usai Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun, kondisi tersebut tidaklah berlangsung lama.

"Tapi, lagi-lagi (Prabowo) disalip meskipun tidak terlalu signifikan, Jadi ini betul-betul seperti pacuan kuda antarcapres. Intinya, belum bisa kita secara konklusif menemukan siapa yang unggul antara Prabowo dan Ganjar. Untuk Anies pun tak perlu berkecil hati karena tren kenaikannya 23,3 persen," terangnya lagi.

Diketahui, Anies Baswedan lebih menonjol pada kelompok etnis Minang, Betawi, Bugis, Melayu, pendidikan dan pendapatan tinggi, warga perkotaan, di DKI Jakarta, Sumatra, Sulawesi, yang tidak puas dengan Jokowi dan terutama basis Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Separuh basis Jokowi-Ma’ruf Amin pada pilpres 2019 cenderung kepada Ganjar, selebihnya terbelah kepada Prabowo dan Anies, terutama Prabowo. Sementara itu, basis Prabowo pada pilpres 2019 terbelah sangat besar, terutama kepada Anies, hanya sedikit yang beralih ke Ganjar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement