REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Yogyakarta mengeluarkan peringatan dini terkait potensi adanya gelombang tinggi di perairan selatan DIY. Gelombang tinggi ini diprediksi dapat terjadi dalam tiga hari ke depan, yakni 19-21 Agustus 2023.
Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono mengatakan, potensi ini berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini bahwa pihaknya mengidentifikasi adanya pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik sebelah timur Laut Papua. Kondisi ini membentuk daerah belokan angin (shearline) di wilayah Indonesia bagian utara.
Warjono menyebut, pola angin di atas wilayah Jawa, khususnya DIY, bertiup dari arah tenggara dengan kecepatan berkisar 20–35 kilometer per jam. "Sehingga perlu diwaspadai potensi gelombang tinggi di perairan Yogyakarta," kata Warjono, Sabtu (19/8/2023).
Selain itu, hasil analisis terkini profil vertikal kelembaban udara pada ketinggian 1,5–5,5 kilometer (level 850-500 mb) berkisar antara 20–85 persen (cukup kering). Ia menuturkan, hal ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan yang kurang signifikan.
Terjadinya gelombang Rossby Ekuator di Banten bagian barat juga berpotensi memperkuat potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIY bagian selatan, terutama dini hari. Mempertimbangkan hal tersebut, BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta memperkirakan ada potensi hujan di sebagian wilayah DIY pada 19 Agustus 2023.
"Potensi hujan ringan di Kulonprogo bagian selatan, Bantul bagian selatan, dan Gunungkidul bagian selatan pada 19 Agustus 2023," ujar Warjono.
Sementara, pada 20-21 Agustus 2023, diprediksi bahwa cuaca di wilayah DIY cerah berawan. Dengan begitu, diperkirakan tidak ada potensi hujan pada 20-21 Agustus.
Sementara itu, Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Sawardi mengatakan, gelombang laut dengan tinggi 2,5-4,0 meter berpotensi terjadi di perairan selatan DIY pada 19-20 Agustus 2023.
Hal ini dikarenakan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari selatan-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 5-20 knot. Sedangkan, di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.
Untuk itu, ia meminta agar masyarakat memperhatikan risiko tinggi, terutama terhadap keselamatan pelayaran. Dijelaskan, kecepatan angin yang lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter dapat berisiko terhadap perahu nelayan.
Bagi kapal tongkang, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang lebih di atas 1,5 meter juga berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Sedangkan, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, berisiko terhadap kapal Ferry.
"Kecepatan angin yang lebih dari 27 knot, serta tinggi gelombang di atas empat meter, berisiko terhadap kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar," katanya.