Sabtu 19 Aug 2023 16:44 WIB

Cina Kecam Pertemuan AS, Korsel dan Jepang di Camp David

AS, Korsel dan Jepang sepakat untuk memperkuat hubungan keamanan dan ekonomi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
(Kiri-Kanan) Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengadakan konferensi pers bersama di Camp David, Maryland, AS, 18 Agustus 2023.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
(Kiri-Kanan) Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengadakan konferensi pers bersama di Camp David, Maryland, AS, 18 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengkritisi pernyataan  para pemimpin Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan, yang bertekad melawan tindakan agresif Beijing di Pasifik. Cina mengatakan, tidak ada negara yang mencari keamanannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan keamanan negara lain dan perdamaian serta stabilitas kawasan.  

“Masyarakat internasional memiliki penilaiannya sendiri tentang siapa yang menciptakan kontradiksi dan meningkatkan ketegangan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin kepada wartawan dalam briefing harian pada Jumat (18/8/2023). 

Baca Juga

“Upaya untuk membentuk berbagai kelompok dan eksklusif serta membawa konfrontasi blok ke kawasan Asia-Pasifik pasti akan memicu kewaspadaan dan oposisi di negara-negara di kawasan tersebut,” kata Wang.

Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang melakukan pertemuan tingkat tinggi di Camp David. Mereka sepakat untuk memperkuat hubungan keamanan dan ekonomi. Termasuk berbagi keprihatinan tentang ketegasan Cina di Pasifik, dan ancaman nuklir Korea Utara.

Cina sangat peka terhadap setiap langkah yang dianggapnya berusaha menahan dominasinya di Asia. Cina secara tradisional mengandalkan permusuhan historis antara Tokyo dan Seoul untuk membuat saingannya terpecah dan melemahkan sistem aliansi regional AS.

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi melontarkan kritikan dan sindiran bahwa kesamaan ras-budaya antara Cina, Jepang, dan Korea sebagai alternatif untuk bermitra dengan Barat.

"Tidak peduli seberapa kuning Anda mewarnai rambut Anda, atau seberapa tajam hidung Anda, Anda tidak akan pernah berubah menjadi orang Eropa atau Amerika, Anda tidak akan pernah berubah menjadi orang Barat. Seseorang perlu tahu di mana akarnya,” ujar Wang. 

Presiden Joe Biden ingin menggunakan pertemuan tingkat tinggi tersebut untuk mendesak Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memulihkan hubungan. 

Hubungan Jepang-Korea Selatan adalah hubungan yang rumit karena perbedaan pandangan tentang sejarah Perang Dunia Kedua dan pemerintahan kolonial Jepang atas Semenanjung Korea.  Upaya sebelumnya untuk memperketat kerja sama keamanan antara Seoul dan Tokyo telah berkembang pesat. Pertemuan trilateral ini diharapkan dapat menjadi acara tahunan. 

Cina semakin menjalin hubungan dekat dengan Rusia. Bahkan Cina menyatakan kemitraan tanpa batas sebelum invasi Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina tahun lalu.

Kementerian Pertahanan Jepang pada Jumat melihat dua pesawat pengintai Rusia IL-38 terbang bolak-balik di atas Selat Tsushima di barat daya Jepang. Sehari sebelumnya, kementerian mengatakan, Jepang melihat armada 11 kapal angkatan laut Cina dan Rusia melintasi perairan antara pulau Okinawa dan Miyako di Jepang selatan.

Armada itu terdiri dari enam kapal perang Cina dan lima kapal perang Rusia. Banyak di antaranya telah mengambil bagian dalam patroli bersama pada Juli, ketika mereka berlayar melalui Selat Soya antara pulau utama utara Hokkaido dan Sakhalin.

Kementerian Pertahanan Jepang menilai kegiatan militer bersama yang berulang kali dilakukan oleh Cina dan Rusia di sekitar Jepang bertujuan untuk menunjukkan ancaman gabungan mereka terhadap Jepang. Tokyo menyatakan keprihatinannya kepada Cina dan Rusia.

"Ini sesuai dengan hukum internasional dan praktik internasional untuk kapal Cina dan Rusia untuk melakukan patroli normal," ujar Wang soal patroli tersebut.

Cina juga mencari hubungan yang lebih kuat dengan negara-negara berkembang di Afrika dan Amerika Tengah serta Amerika Selatan. Presiden Cina, Xi Jinping dijadwalkan menghadiri pertemuan puncak kelompok BRICS di Johannesburg pekan depan. Negara anggota BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement