Ahad 20 Aug 2023 17:58 WIB

Polusi Sudah Membahayakan, Pakar IDI Sarankan Langkah Ini

Pakar dari IDI menyarankan sejumlah langkah karena polusi udara sudah membahayakan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Pakar dari IDI menyarankan sejumlah langkah karena polusi udara sudah membahayakan.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Suasana kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Pakar dari IDI menyarankan sejumlah langkah karena polusi udara sudah membahayakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar IDI, Profesor Zubairi Djoerban menyampaikan bahwa polusi di Jakarta Raya dan wilayah sekitarnya sudah mencapai tahap yang membahayakan. Namun, ia menyayangkan sikap pemerintah yang tidak cepat tanggap.

"Polusi di Jakarta Raya dan wilayah sekitarnya sudah mencapai tahap yang membahayakan. Tidak lagi sekadar membahayakan. Namun tanggapan pemerintah masih terkesan “selow” sehingga tidak menumbuhkan kesadaran akan kondisi kedaruratan (sense of emergency) di masyarakat," kata Zubairi kepada Republika, Ahad (20/8/2023).

Baca Juga

Mungkin, sambung Zubairi, saat ini korban jiwa memang belum banyak jatuh di Indonesia. Selain itu juga minimnya data yang akurat membuat polusi seperti hal yang biasa.

Namun, dalam kenyataannya di ruang-ruang praktik dokter jumlah pasien yang datang dengan keluhan ISPA, penyakit paru obstruktif, kanker paru,dan pneumonia dan lain-lain yang diduga kuat akibat pencemaran udara meningkat.

Bahkan, seorang pakar kesehatan WHO, DR Maria Neira, menyebutkan paparan terus-menerus terhadap polutan menyebabkan gangguan serius pada sistem imun yang menyebabkan masalah pada pada system pernafasan dan salah satu yang dikhawatirkan adalah Covid-19 yang terus memproduksi varian baru. Seperti diketahui, Covid-19 adalah penyakit pada system dan saluran pernafasan. 

"Bukan hanya terkait pernafasan, dokumen-dokumen yang dilansir serta jurnal-jurnal kedokteran terkemuka seperti The Lancet, menyebutkan bahwa polutan yang terhirup oleh manusia juga menyebabkan masalah pada sistem kardiovaskular sehingga menyebabkan serangan jantung hingga penyakit-penyakit neurologis," terangnya.

Selanjutnya, polusi termasuk polusi udara juga dapat menyebabkan masalah pada sistem reproduksi dan pencernaan manusia. Patut dicurigai bahwa meningkatnya jumlah pasien dengan GERD di ruang-ruang praktik dokter akhir-akhir ini juga disebabkan oleh kualitas udara yang buruk.  

"Polusi udara memang seberbahaya itu, terutama untuk kelompok-kelompok rentan termasuk balita dan lansia, serta mereka yang memiliki kerentanan tertentu," tegas Zubairi. 

Kondisi pencemaran udara bisa dipastikan akan semakin buruk setiap tahunnya. Pertambahan jumlah penduduk, kendaraan bermotor, tumbuhnya aneka industri yang bertumpu pada bahan bakar fosil, jelas menjadi pemicu. 

"Di Indonesia risikonya bertambah dengan kebiasaan membakar lahan sebelum ditanami, yang meluas menjadi kebakaran hutan dan asapnya turut mencemari negara tetangga," ucap Zubairi.

Sehingga, perlu beberapa langkah berani yang harus diambil pemerintah. Pertama, ada baiknya kebijakan bekerja secara hibrida, yakni maksimal bekerja empat hari dalam seminggu berlaku umum, tidak hanya ASN; terkecuali beberapa pekerjaan khusus, misanya rumah makan.

"Sudah dibuktikan bahwa bekerja empat hari seminggu lebih produktif dari lima hari sepekan. Belgia dan Jepang juga sudah menerapkan bekerja empat hari sepekan," terangnya.

Langkah selanjutnya adalah secara bertahap mulai membatasi penggunaan bahan bakar fosil dan konsisten memperbaiki transportasi publik agar masyarakat mau membatasi penggunaan motor dan mobil pribadi. Pengawasan terhadap pekerjaan konstruksi dan pembuangan limbah pabrik pabrik juga harus dilakukan dengan ketat dan berkesinambungan.  

"Langkah-langkah ini beradu cepat dengan pertumbuhan penduduk dan mungkin tidak populer di kalangan pengusaha. Polusi Jakarta adalah kondisi emergency yang memerlukan manajemen emergency dan aturan-aturan baru harus segera diberlakukan secepatnya, hari ini. Tidak ada pekerjaan dan pembangunan yang seharga nyawa. Ini prinsipnya," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement