REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidur delapan jam sehari rupanya bukan jumlah yang tepat untuk semua orang. Menurut pakar tidur, sebagian orang membutuhkan waktu tidur malam lebih banyak, atau bahkan lebih sedikit. Bagaimana cara menentukan berapa banyak waktu tidur yang dibutuhkan oleh tubuh?
Dikutip dari laman CNET, Senin (22/8/2023), pakar tidur Annie Miller mengatakan rekomendasi waktu tidur sama seperti rekomendasi banyaknya minum air dalam sehari. Sebenarnya, tidak ada patokan jumlah yang benar-benar sesuai untuk semua orang.
Bisa jadi, di hari tertentu seseorang merasa perlu tidur lebih dari delapan jam, namun di hari lain hanya butuh tidur enam jam. Akan tetapi, Miller menyoroti bahwa berapa pun durasinya, tidur sangat penting agar tubuh bisa berfungsi dengan baik.
Terapis di DC Metro Sleep and Psychotherapy itu berpendapat orang-orang seharusnya tidak merasa tertekan dengan "kewajiban" tidur malam sebanyak delapan jam. Disampaikan Miller, asal-usul gagasan tidur malam delapan jam pun masih belum jelas.
Dia menduga standardisasi sekolah dan jadwal kerja pascaindustri menjadi penyebab munculnya ide itu. Namun, secara personal dia kurang setuju dengan itu. "Jika kita merasa 'harus' tidur sebanyak waktu tertentu dan tidak melakukannya dengan benar, tidur malah akan terganggu," ungkap Miller.
Miller menggarisbawahi bahwa kebutuhan tidur seseorang selalu berubah di tiap fase hidup. Menurut National Sleep Foundation, bayi baru lahir sampai berumur tiga bulan butuh tidur 14 hingga 17 jam per hari. Sementara, bayi berusia empat sampai 11 bulan perlu tidur 12 hingga 15 jam per hari.
Balita umur satu sampai dua tahun perlu tidur 11 hingga 14 jam per hari. Anak prasekolah (tiga sampai lima tahun) butuh tidur 10 hingga 13 jam. Anak usia sekolah berusia enam sampai 13 tahun butuh tidur sembilan sampai 11 jam. Remaja usia 14-17 tahun perlu tidur antara delapan hingga 10 jam sehari.
Untuk dewasa muda (18-25 tahun), direkomendasikan tidur tujuh hingga sembilan jam, begitu pula orang dewasa usia 26-64 tahun. Untuk lansia, yakni kalangan yang berusia 65 tahun ke atas, rekomendasi waktu tidurnya adalah tujuh hingga delapan jam.
Namun, kembali lagi, kebutuhan tidur bisa berubah-ubah setiap hari sesuai aktivitas. Ada juga faktor lain yang memengaruhi kebutuhan waktu tidur. Pengidap penyakit kronis, kondisi autoimun, atau masalah medis lainnya mungkin membutuhkan lebih banyak waktu tidur.
Orang yang memiliki pekerjaan yang sangat melelahkan, seperti pekerja konstruksi, mungkin membutuhkan lebih banyak tidur daripada pekerja kantoran. Demikian pula atlet yang cenderung memprioritaskan tidur dan kemungkinan besar tidur lebih lama dari rata-rata orang untuk menjaga stamina. "Penting untuk fokus pada apa yang terasa enak bagi tubuh kita, bukan pada apa yang menurut kita harus kita lakukan," kata Miller.
Allison Brager dari jenama produsen suplemen Momentous berpendapat tak perlu mencemooh orang lain terkait jam tidur. Beberapa orang mungkin memang membutuhkan jam tidur ekstra untuk berfungsi secara optimal. Sebagian juga sangat disiplin terkait kapan pergi tidur dan bangun tidur keesokan harinya.
Sementara, ada juga orang yang secara konsisten hanya membutuhkan tidur empat hingga enam jam setiap malam, tetapi merasa baik-baik saja dan tidak membutuhkan stimulan untuk tetap terjaga. "Rata-rata tidur malam adalah delapan jam, tetapi ada individu yang butuh lebih sedikit atau lebih banyak karena dasar genetik," tuturnya.
Sebuah studi terbitan 2019 juga telah menemukan apa yang disebut "gen tidur pendek". Orang yang memiliki gen tersebut secara alami cenderung tidur kurang dari 6,5 jam setiap malam tanpa mengalami efek buruk apa pun. Temuan itu sedikit menjawab banyak teka-teki terkait tidur, sekaligus membuktikan bahwa kebutuhan tidur sangat individual dan turut dipengaruhi oleh genetika.
Sebenarnya, tidak perlu studi untuk setiap orang bisa tahu berapa banyak waktu tidur ideal. Dengarkan saja kebutuhan tubuh. Jika merasa segar dan berenergi dengan tidur selama waktu tertentu, maka memang sebanyak itulah yang dibutuhkan.